LIPSUS Terminal Indihiang Tasikmalaya Jadi Terminal Hantu, Lebih Cocok Jadi Rumah Sakit kata Warga
Begitu menapaki halaman terminal, terlihat area parkir yang luas dipenuhi rumput liar, bahkan ilalang.
Penulis: Firman Suryaman | Editor: Ravianto
Menempati lahan seluas 7,5 hektare, sejumlah bangunan yang merupakan bagian dari terminal tampak berdiri megah.
Mulai dari area tempat pemberangkatan bus AKAP dan bus AKDP, area penurunan penumpang, area pemberangkatan bus eksekutif jurusan Jabodetabek, serta area parkir bus yang sangat luas hingga deretan bangunan kios yang cantik.
Namun, megahnya Terminal Tipe A Kota Tasikmalaya ternyata tak pernah sebanding dengan okupansi penumpang. Sejumlah faktor ditenggarai menjadi penyebab. Salah satunya adalah lokasinya yang terlalu jauh, yang membuat masyarakat malas datang ke terminal.
Kondisi ini diperparah dengan adanya dua pool bus raksasa Kota Tasikmalaya, PO Budiman dan PO Primajasa, yang tak hanya berfungsi sebagai garasi, tapi juga sebagai "terminal bayangan".
"Lokasi terminal terlalu jauh, membuat kami malas. Mending naik di pool atau di lokasi lain yang lebih dekat," kata Isal (45), warga Jalan Letjen Ibrahim Adjie, yang kerap bepergian ke luar kota, Rabu (8/2).
Ia mengatakan, lokasi terminal ini seharusnya ada di lokasi Bale Kota di Jalan Letnan Harun. Sebaliknya, Bale Kota ditempatkan di lokasi terminal di Jalan Brigjen Wasita Kusumah.
Lokasi Bale Kota dan Terminal Tipe A Indihiang berada di satu jalur jalan yaitu Jalan Letnan Harun yang menyambung ke Jalan Brigjen Wasita Kusumah.
"Itu kan (Bale Kota dan Terminal Tipe A Indihiang, Red) dibangun sama-sama tahun 2007. Harusnya terminal dibangun di lokasi Bale Kota, karena lokasinya lebih mudah dijangkau," kata Isal. "Tidak apa-apa Bale Kota lokasinya lebih jauh, karena tak terlalu berhubungan langsung dengan kebutuhan publik."
Iwan (40), warga Jalan AH Nasution, menyatakan hal yang sama. Menurut Iwan, jika terminal sejak awal dibangun di lokasi Bale Kota dipastikan terminal akan ramai dan kegiatan perekonomian di sekitarnya akan hidup.
Warga lainnya, Kristiadi (38), menyebutkan, minimnya sarana angkutan dari wilayah perkotaan menuju terminal juga menjadi penyebab sepinya terminal. Minimnya angkutan menyebabkan biaya ongkos tinggi untuk mencapai terminal karena harus naik beberapa kali angkot.
"Mau naik ojol ke terminal juga tak bisa karena ojol dilarang masuk terminal, khawatir berbenturan dengan ojek pangkalan, seperti yang pernah terjadi sebelumnya," ujar Kristiadi.
Dengan kondisi seperti itu, ia akhirnya memilih naik di pool-pool bus yang lokasinya dekat serta mudah dijangkau angkot maupun ojol.
Bus-bus AKDP termasuk bus tiga perempat yang melayani trayek dekat pun enggan masuk terminal, dan memilih mangkal di luar terminal, karena di situ lah ternyata penumpang menunggu.(firman suryaman)
Melestarikan Budaya Lokal, Dompet Dhuafa Adakan Voluntrip "Kaulinan Barudak" di Kampung Naga Tasik |
![]() |
---|
Innalillahi Yetty Widjaja Penyanyi Lawas asal Tasikmalaya Ditemukan Meninggal Dunia, Tenar Era 80-an |
![]() |
---|
Apes Nasib Maling Motor di Pangandaran, Terjun ke Jurang, Nyaris Diamuk Massa, Ujungnya Ditangkap |
![]() |
---|
Tingkatkan Budaya Literasi, Kemenkum Jabar Beri Catatan Penting Raperda Perpustakaan Tasikmalaya |
![]() |
---|
Remaja Cisayong Tewas dalam Kecelakaan Maut di Indihiang Tasikmalaya, Motornya Dihantam Doa Ibu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.