Wujudkan Pelajar Pancasila dan Sekolah Ramah Anak, Disdik Jabar Buka Gerakan 7 Harkat
Gerakan 7 Harkat yang diinisiasi Cadisdik Wilayah VII Jabar ini merupakan implementasi kurikulum merdeka yang digulirkan Kemdikbudristek.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Seli Andina Miranti
Dalam Gerakan Tujuh Amanah, anak anak menginisiasi kegiatan dalam bentuk talkshow yang menghadirkan narasumber atau tokoh pakar. Termasuk melaksanakan deklarasi dan komitmen bersama serta penyematan simbolis duta tujuh amanah Cadisdik VII.
"Tujuh amanah Cadisdik VII isinya anti-perundungan, anti-intoleransi, anti-kekerasan seksual, anti-narkoba, anti-tawuran, antikorupsi dan antivandalisme," ujar Firman.
Kegiatan tersebut, lanjut Firman, dilakukan di masing masing sekolah sehingga akan terwujud Sumber Daya Manusia (SDM) unggul Jawa Barat yaitu generasi beriman, berakhlak, berilmu dan sehat.
Kadisdik menjelaskan, tujuh hari berkarakter adalah bagian untuk mengimplementasikan Jabar Masagi.
Baca juga: Sekolah Bina Muda Ikut Menolak Eksekusi Lahan untuk Membuktikan Kepemilikannya Sah Secara Hukum
"Ke depan, anak-anak yang sukses bukanlah yang pintar, tapi yang memiliki karakter. Maka, karakter itu perlu dituangkan dalam konteks sehari-hari," ujar Kadisdik.
Gerakan 7 Harkat dibuka di SMKN 3 Kota Cimahi, Jumat (21/10/2022) lalu. Pembukaan dihadiri Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar Dedi Supandi dan Bunda Literasi Bunda Literasi Jabar Atalia Praratya Kamil.
Kadisdik Jabar Dedi Supandi mengatakan, Gerakan 7 Harkat adalah bagian dari implementasi Jabar Masagi.
"Ke depan, anak-anak yang sukses bukanlah yang pintar, tapi yang memiliki karakter. Maka, karakter itu perlu dituangkan dalam konteks sehari-hari," ujar Dedi.
Dedi menuturkan, SMKN 3 Cimahi memiliki 1.700 siswa. Jika dalam satu minggu ada tagline foto (kebaikan) yang dibuat dan setiap Jumat di-share.
"Dengan jumlah 1.700 siswa dikali tujuh hari akan ada 11.900 foto kebaikan yang di-share. Jika satu SMK saja ada 11.900 macam kebaikan maka medsos akan diisi dengan foto kebaikan," ucapnya.
Jika langkah tersebut bisa dilakukan, lanjut Dedi, pada 2045 saat Indonesia Emas, anak-anak sekarang akan menjadi generasi yang mampu melahirkan solusi bagi negeri ini dengan ilmu yang dimiliki.
"Jangan menjadi generasi yang hanya bisa mencaci atas kesalahan orang lain," pesan Dedi.
Baca juga: Prihatin Lagu Dewasa Lebih Digemari, PAPPRI Siap Roadshow ke Sekolah-Sekolah Cari Bakat Lagu Anak