Pola Makan Buruk Ibu Hamil Dapat Menjadi Penyebab Stunting pada Anak

Kelurahan Margahayu Utara sasarannya bayi dua tahun (baduta) dan ibu nifas berisiko stunting. Sedangkan Kelurahan Babakan Ciparay sasarannya ibu hamil

Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Adityas Annas Azhari
Tribun Lampung.
Ilustrasi stunting pada anak atau balita. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pola makan calon ibu menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting di Kota Bandung berdasar hasil survei Tim Audit Kasus Stunting (AKS) dari dua kecamatan dan tiga kelurahan di Bandung.

Kepala Divisi Obstetri dan Ginekologi Sosial RSHS, dr Dini Hidayat yang terlibat dalam tim AKS menjelaskan hasil temuan di Kelurahan Kujangsari Kecamatan Bandung Kidul.

Menurutnya, ada tiga faktor stunting di Bandung, yaitu pola makan calon ibu, permasalahan sanitasi dasar, dan penanganan remaja menikah dini.

"Saat survei itu pola makan para ibu hamil masih perlu dibenahi. Lalu, edukasi soal pernikahan dini, alat KB, dan antisipasi stunting masih harus terus digencarkan," ujarnya, Senin (24/10/2022).

Stunting
Stunting (Istimewa)

Dia pun menyebut ada ibu hamil namun makanannya hanya mi instan. Dia menegaskan kepada para ibu hamil untuk tetap harus mengatur pola makannya dengan makanan yang bergizi.

"Kami juga sering temukan kasus pernikahan dini. Resikonya adalah bukan hanya stunting tapi kematian ibu dan anak. Ada yang usia 14 tahun sudah dinikahkan orangtuanya karena merasa sudah tak sanggup secara ekonomi dan akhirnya saya sarankan untuk menunda kehamilan," katanya

Baca juga: Pentingnya Mencegah Stunting Agar Tak Terjadi pada Anak, Ini Sasaran Primer dan Sekundernya

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari menyampaikan data SSGI 2021, bahwa prevalensi stunting di Kota Bandung sejumlah 26,40 persen.

"Kami akan mengambil rencana tindaklanjut penanganan stunting. Stunting menjadi prioritas kami dan sudah dimasukkan ke RPJMD," ujarnya.

Baca juga: Hati-hati, Ketahanan Pangan yang Buruk Bisa Membuat Anak Indonesia Kena Stunting

Selain itu, dia pun menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menargetkan pada 2022 prevalensi stunting bisa turun menjadi 23,12 persen. Lalu, di 2023 menurun menjadi 19,01 persen.

"Semoga 2024 prevalensi stunting kami bisa turun sampai 14 persen. Dalam setahun Pemkot Bandung perlu melakukan audit stunting sebanyak dua kali. Untuk audit kasus stunting kedua rencananya akan dilakukan di November 2022," ujarnya.

Baca juga: Dinas Kesehatan Terus Upaya Menggenjot Penurunan Angka Stunting di Kota Sukabumi

Audit pertama, lanjutnya, mengambil contoh dari dua kecamatan dan tiga kelurahan berdasarkan prevalensi tertinggi se-Kota Bandung. Lokasi tersebut antara lain, Kecamatan Babakan Ciparay yang terdiri dari Kelurahan Margahayu Utara dan Babakan Ciparay. Lalu, Kecamatan Bandung Kidul yang difokuskan di Kelurahan Kujangsari.

"Kelurahan Margahayu Utara sasarannya bayi dua tahun (baduta) dan ibu nifas berisiko stunting. Sedangkan Kelurahan Babakan Ciparay sasarannya ibu hamil berisiko stunting. Lalu, di Kujangsari sasarannya calon pengantin beresiko stunting," ucapnya.

Baca juga: Bikin Dapur Sehat di Gintungkerta, Upaya Nestle Indonesia Turut Bantu Penurunan Stunting di Karawang

Kenny berharap, adanya audit dan survei ini bisa memunculkan output kesepakatan rencana tindaklanjut stunting dengan strategi kolaborasi pentahelix, semisal meningkatkan kolaborasi di setiap tingkatan, percepatan program penurunan stunting, bertambahnya peran lembaga swasta dan masyarakat, naiknya edukasi masyarakat, mendorong kemampuan kelompok masyarakat yang terlibat, dan perbaikan manajemen data terkait stunting.

Selanjutnya, kata Kenny, pihaknya telah menyiapkan program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS). Rencananya pada 26 Oktober 2022 Pemkot Bandung bakal berkolaborasi dengan Baznas untuk menyosialisasikan program BAAS.

Sebagai bentuk pencegahan angka stunting di Jawa Barat,  Diferensia Foundation  meluncurkan program Desa Gempita (Gerakan Menu Empat Bintang) dan Desa Cageur (Calon Generasi Unggul dan Sehat).
Sebagai bentuk pencegahan angka stunting di Jawa Barat, Diferensia Foundation meluncurkan program Desa Gempita (Gerakan Menu Empat Bintang) dan Desa Cageur (Calon Generasi Unggul dan Sehat). (ISTIMEWA)

"Semoga bisa menjadi upaya percepatan penurunan stunting di Kota Bandung," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved