Angkot di KBB Kini Sepi Penumpang setelah Naikkan Tarif sampai 30 Persen
Angkutan kota (angkot) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kini sepi penumpang setelah tarifnya dinaikkan sebesar 30 persen
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Angkot atau angkutan kota di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kini sepi penumpang setelah tarifnya dinaikkan sebesar 30 persen imbas dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kenaikan tarif angkutan umum tersebut sudah diterapkan sejak beberapa pekan yang lalu berdasarkan hasil kesepakatan Organda KBB dan Dinas Perhubungan KBB meskipun tanpa adanya Surat Keputusan (SK) Bupati Bandung Barat.
Ketua Organda KBB Asep Dedi Setiawan, sepinya penumpang angkot tersebut karena hingga saat ini belum banyak pengguna kendaraan pribadi di KBB yang beralih ke transportasi publik setelah kenaikan harga BBM.
"Lihat saja sekarang banyak angkot yang kosong dan sepi penumpang, kalau ongkos mahal dan murah itu relatif, tapi dengan naik transportasi publik membuat kendaraan di jalan berkurang dan bisa meminimalisir terjadinya kemacetan," ujarnya saat dihubungi, Minggu (2/10/2022).
Selain itu, kata dia, transportasi publik di KBB sudah cukup terintegrasi dan bisa mengantarkan masyarakat ke berbagai tujuan, tetapi banyak yang beranggapan jika menggunakan transportasi publik banyak waktu terbuang dan ongkos menjadi lebih mahal.
"Padahal dengan perhitungan harga BBM yang naik seperti sekarang, otomatis penggunaan kendaraan pribadi juga akan membuat pengeluaran lebih tinggi lagi," kata Asep.
Disinggung soal penerapan tarif angkutan umum, Asep mengatakan, sudah ada penyesuaian setelah harga BBM naik. Kenaikan yang disepakati adalah 30 persen dan itu telah diterapkan di lapangan serta masyarakat juga bisa memahami.
"Kenaikan tarif sudah berjalan dan itu ada kesepakan, jadi enggak ada gejolak di lapangan. Besarnya kenaikan sekitar 30 persen," ucapnya.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada pemerintah agar memberikan bantuan subsidi kepada para sopir angkot yang sekarang bebannya semakin berat setelah BBM naik.
Apalagi harga spare part juga, kata dia, saat ini turut naik, sementara penumpang semakin sepi karena harus bersaing dengan transportasi online.
"Semoga saja ada bantuan subsidi dari pemerintah ke sopir angkot, bukan ke pengusaha angkot. Sebab yang paling terdampak langsung adalah para sopir, yang berjuang di lapangan," ujar Asep.