Bingungnya Ibu di Indramayu, Anaknya Tak Sengaja Telan Kunci, Sudah Seminggu Bersarang di Lambung
Kunci tersebut sudah sekitar 1 pekan bersarang di lambung anak Nina, tepatnya sejak Rabu (14/9/2022) malam kemarin.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Nasib pilu dialami Nina Listiana (40), ibu single parent warga Jalan Talang Tembaga Keluarahan Lemahabang, Kecamatan/Kabupaten Indramayu.
Selama sekitar 7 tahun terakhir ia berjuang seorang diri untuk menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil.
Masing-masing berusia 17 tahun, 11 tahun, dan 8 tahun.
Suaminya diketahui sudah meninggal dunia saat anak bungsunya masih berusia sekitar 8 bulan.
Baca juga: Kondisi Ricka Debby Istri Mendiang Haji Lulung, Kini Jadi Single Parent, Tekuni Profesi Advokat
Di tengah himpitan ekonomi, anak bungsu Nina, Muhammad Zulzalaly Wal Ikram diketahui tidak sengaja menelan anak kunci gembok.
Kunci tersebut sudah sekitar 1 pekan bersarang di lambungnya, tepatnya sejak Rabu (14/9/2022) malam kemarin.
Saat itu, anaknya tersebut sedang bermain gadget sembari mengigiti kunci. Karena mengantuk, kunci itu tidak sengaja tertelan.
"Berharapnya sih ada orang yang mau membantu saya mengambil kunci dari tubuh anak saya," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Rabu (21/9/2022).

Nina menceritakan, sejak kejadian itu ia sempat panik dan langsung membawa anaknya ke bidan dekat rumahnya.
Di sana, Nina disarankan untuk langsung membawa anaknya ke RSUD Indramayu. Mereka pun sampai sekitar pukul 23.30 WIB.
Pada malam itu, diketahui juga Nina mesti berkeliling mencari pinjaman untuk anaknya berobat. Sekitar 10 orang tetangga ia datangi dan mendapat pinjaman sekitar Rp 1 juta.
Baca juga: Kisah Perjuangan Ibu Saat Anaknya Sakit, Sosok Penolong Ini Tiba-Tiba Datang, Warganet Terharu
Hutang tersebut saat ini, baru bisa Nina lunasi sebagian.
Sementara itu, dalam berobat, Nina diketahui terbantu dengan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Hal tersebut karena dia sekeluarga belum mempunyai BPJS.
Dalam kesehariannya, Nina bekerja sebagai buruh cuci. Penghasilannya kurang lebih sekitar Rp 50 ribu.
Tidak hanya itu, rumah yang tinggali diketahui juga adalah rumah kakaknya. Di sana ia harus berbagi tempat tidur dengan 3 anaknya dan barang-barang rumah tangga.
Rumah tersebut tampak penggap karena tidak ada jendela untuk fentilasi udara.
Selain itu, beberapa tembok yang terbuat dari triplek juga bolong di beberapa sudut.
Karena kondisi ekonomi tersebut, Nina belum bisa lagi membawa anaknya berobat. Anak bungsunya itu harus menjalani operasi di RSUD Gunung Jati.
Baca juga: Perjuangan Mad Tarip Di Pelosok Pandeglang, Wujudkan Generasi Islam Gemilang
SKTM yang digunakan sebelumnya untuk berobat tidak bisa digunakan untuk ke luar daerah.
Pemerintah desa pun, diketahui juga saat ini tengah berupaya membuatkan BPJS untuk keluarga Nina.
Namun, BPJS itu kemungkinan baru bisa digunakan per 1 Oktober 2022.
Nina sangat berharap, anaknya bisa cepat dapat pertolongan. Ia khawatir, jika berlarut-larut akan menganggu kesehatan anaknya.
"Tapi mau gimana lagi, untuk operasi secepatnya saya belum ada uang," ujar dia.