Selamatkan Anak Dari Kecanduan Ponsel
Tribunners, tahukah anda, kebiasaan orangtua memberikan gawai, khususnya ponsel sebagai solusi mengatasi kerewelan anak, justru menjadi bom waktu yang
Penulis: Cipta Permana | Editor: bisnistribunjabar
Kemudian, untuk anak usia sekolah dasar 1-1.5 jam perhari, sementara untuk anak usia remaja (11-13 tahun), maksimal dua jam perhari.
Oleh karena itu, untuk pembagian jam penggunaan ponsel ini, diharapkan bisa dibagi sesuai kesepakatan antara orangtua dan anak.
Bahkan, jika diperlukan, siapkan tempat khusus untuk gunakan ponsel misalnya hanya boleh digunakan di ruang keluarga.
"Sebelum memulai untuk mendisiplinkan anak, orangtua dan anak harus sepakat dalam peraturan yang akan di buat bersama. Misalnya pada pagi hari 15 menit, siang hari 20 menit dan seterusnya, hingga batasan waktu yang sudah ditentukan dapat berkelanjutan dengan baik," ucapnya.
Untuk anak usia sekolah yang memiliki tuntutan belajar secara daring dan terpapar layar ponsel yang lebih lama, dibutuhkan peran orangtua untuk mampu menyeimbangkan aktivitas belajar daring tersebut dengan kegiatan gerak fisik pada anak. Sehingga, anak memiliki jadwal harian yang seimbang.
Meski demikian, penggunakan ponsel pun memiliki dampak positif pada anak yaitu, memperlancar komunikasi, mengasah kreativitas anak, mendukung pembelajaran jarak jauh, menambah jaringan pertemanan, serta mendapatkan informasi dan sebagai sumber belajar.
Monalisa mengatakan, untuk mengatasi anak yang sudah kecanduan ponsel atau gawai, orangtua harus lebih intens dalam membina hubungan dengan anak.
Cobalah untuk lebih memahami perasaan anak, dengan lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Orangtua juga dapat mengajukan alternatif solusi untuk menjawab motif dan kebutuhannya.
"Upaya untuk mengurangi dampak kecanduan ponsel pada anak, orangtua harus bisa mengajak anak untuk berdialog dan berdiskusi, misalnya apa yang biasanya anak buka pada saat bermain ponsel, dan gali apa yang menjadi motif anak sehingga memilih menggunakan ponsel terlalu lama," ucapnya.
Orangtua pun harus menjelaskan batasan penggunaan ponsel, dengan menerapkan metode pengawasan orangtua, khususnya, terkait hal-hal yang boleh dan tidak boleh diakses.
"Jelaskan dampak negatif dari penggunaan ponsel atau gadget terlalu lama. Imbangi dengan aktivitas lain agar anak tidak kembali menggunakan ponsel yang terlalu lama. Orangtua pun harus mampu menjadi contoh dan panutan, untuk tidak menggunakan ponsel pada saat di hadapan anak," ujarnya.
Monalisa menambahkan, pada kondisi tertentu gejala gangguan kecanduan ponsel atau gawai membutuhkan bantuan dokter atau psikolog, apabila anak sudah mulai menunjukan gejala gangguan oppositional defiant disorder atau suatu pola negatif.
Hal tersebut seperti, perilaku menentang permintaan atau peraturan, menunjukan sikap permusuhan kepada orangtua, yang terus menerus tanpa adanya pelanggaran yang serius terhadap norma sosial atau hak orang lain.
Bahkan, sengaja melakukan hal untuk mengganggu orang lain, dan sering menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri.
"Apabila anak mulai mengalami gangguan fungsi-fungsi kehidupan sosial misalnya, banyak menghabiskan waktu sendiri di kamar tanpa interaksi sosial. Anak mulai menarik diri, panik, cemas pada saat tidak menggunakan ponsel atas durasi ponselnya dikurangi, maka orangtua dapat meminta bantuan dokter atau psikolog," ucapnya.