Panen Raya di Berbagai Sentra Sayur di Jabar Dimulai, Harga Cabai Diperkirakan Normal Pekan Depan

Menyusul mulainya masa panen raya kebun cabai di berbagai sentra sayur mayur di Jawa Barat, seperti di Garut, Cianjur, Sukabumi, Subang

Penulis: Andri M Dani | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Handhika Rahman
Pedagang sayur di Pasar Baru Indramayu, Kamis (7/7/2022). Harga cabai rawit merah semakin pedas hingga menyentuh harga Rp 110 ribu per kilogram. Akhir Juli 2022, harga cabai diperkirakan akan kembali normal setelah panen raya dimulai. 

TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Diperkirakan akhir Juli ini atau awal Agustus nanti harga cabai merah lokal akan kembali normal.

Menyusul mulainya masa panen raya cabai di berbagai sentra sayur mayur di Jabar, seperti di Garut, Cianjur, Sukabumi, Subang dan daerah lainnya.

“Termasuk di Ciamis ada sekitar 50 hektare kebun cabai yang akan memasuki masa panen akhir Juli ini atau awal Agustus nanti. Diperkirakan akhir Juli ini atau awal Agustus nanti harga cabai kembali normal,” ujar Asep Halim petani cabai di Kawali Ciamis yang juga Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) kepada Tribun Selasa (19/7).

Sekitar 50 hektare kebun cabai yang akan memasuki masa panen akhir Juli atau awal Agustus tersebut menurut Asep Halim tersebar di 9 kecamatan di Ciamis, yakni di Sukamantri, Panjalu, Panumbangan, Cihaurbeuti, Sindangkasih, Cipaku, Kawali, Lumbung  dan Banjaranyar. Terluas memang di sentra sayur mayur kawasan agropolitan Sukamantri.

Ke-50 hektare kebun cabai yang akan memasuki panen raya akhir Juli atau awal Agustus tersebut katanya merupakan  tanaman cabai yang ditanam Februari dan Maret lalu.

Usia tanaman cabai memasuki masa panen pada umur 100 hari sampai 120 hari (3,6 bulan).

Dengan lama masa panen 2 bulan.

Panen raya cabai jelas Asep Halim tidak hanya akan terjadi di sentra sayur mayur di Jabar saja, tetapi juga sayur mayur di Jateng dan Jatim.

Baca juga: Harga Cabai di Tingkat Petani Hanya 65 Ribu/Kg, Mengapa di Pasar Ciamis Bisa Tembus 150 Ribu/Kg?

Jatim yang merupakan sentra produksi cabai rawit merah (cengek domba) sekarang mengalami penurun produksi mencapai 50 persen sehingga cengek domba dari Jatim tidak masuk ke Jabar. ‘

“Jabar hanya mengandal cabai rawit  merah produksi lokal. Stoknya terbatas, sehingga terjadi gejolak harga yang cukup lama sampai hari ini. Semuanya akibat anjloknya suplai,” katanya.

Sejak dua bulan terakhir sampai pasca Iduladha ini menurut Asep Halim terjadi kenaikan harga cabai di pasar eceran yang melesat tajam. Demikian juga di tingkat petani.

“Semuanya terjadi karena antara permintaan (demand) tidak seimbang dengan suplai (pasokan),” jelas Asep Halim yang juga sekretaris KTNA Ciamis tersebut.

Harga cabai di tingkat petani di Ciamis dalam dua bulan terakhir cukup tinggi. Dan pasca Iduladha ini masih stabil tinggi. Seperti yang dirinci oleh Asep Halim, harga cabai rawit merah (cengek domba) masih di kisaran Rp 60.000-Rp 70.000/kg, cabai merah keriting (Rp 60.000/kg), cabai lokal tanjung (Rp 70.000/kg) dan cabai besar TW (Rp 50.000/kg).

Kenaikan harga cabai yang cukup tinggi dan berlangsung lama tersebut akibat pasokan  cabai dari petani turun drastis. Terutama karena hasil panen anjlok sampai 50 persen.

“Terutama karena serangan penyakit seperti layu fusarium, antraksnos, maupun serangan hama seperti  lalat buah, ulat buah maupun trip. Produksi perbatangnya menurun sampai 50 persen. Dalam kondisi normal tiap batang cabai bisa menghasilkan panen 1 kg cabai. Sekarang hanya sekitar 0,5 kg/batang. Hasil panen menurun drastis,”  jelas Asep Halim.

Sehingga komulatifnya pasokan cabai dari petani menurun drastis sampai 50 % sehingga terjadi gejolak harga.

Semuanya dipicu oleh kondisi cuaca yang ekstrim. “Seharusnya dalam kondisi normal, sekarang sudah memasuki musim kemarau. Tetapi kenyataannya masih banyak hujan. Kemarau basah katanya. Kondisi tersebut memicu munculnya banyak penyakit dan hama,” imbuhnya.

Tingginya tingkat serangan hama dan penyakit tersebut menurut Asep Halim membuat petani harus mengeluarkan biaya produksi yang meningkat. Terutama untuk penyedian pestisida maupun insektisida berikut tambahan ongkos tenaga kerja. Baik itu tenaga kerja untuk pemeliharaan maupun tambahan biaya ngaronda kebun guna mengantisipasi terjadinya pencurian cabai.

“BEP. Biaya modal  pun naik dari rata-rata Rp 8.000/pohon jadi p 10.000/batang cabai’ ujar Asep Halim.’

Selain itu luas areal kebun cabai yang sekarang masih panen di Ciamis menurut Asep Halim hanya sekitar 15 hektre sampai 20 hektare. Itupun sisa panen raya Mei lalu.

Dari kebun cabai yang ditanam sekitar bulan Desember –Januari dengan target panen untuk puasa dan lebaran (Apri-Mei).

“Jadi kebun cabai yang masih panen sekarang, adalah  panen sisa dari cabai yang panen rayanya Mei lalu,” terang Asep Halim.

Dengan masa panen selama 2 bulan,  kebun cabai hasil tanam Januari tersebut  menurut Asep Halim akan habis masa panennya akhir Juli ini.

Kemudian dilanjut  dengan masuknya masa panen cabai yang ditanam bulan Februari-Maret lalu. “Akhir Juli ini atau awal Agus nanti ada 50 hektare kebun cabai di Ciamis yang memasuki panen raya. Tentunya harga kembali normal, katanya (andri m dani)”

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved