Harga Cabai di Tingkat Petani Hanya 65 Ribu/Kg, Mengapa di Pasar Ciamis Bisa Tembus 150 Ribu/Kg?

Pertengahan Juni lalu, harga cabai merah lokal tanjung di tingkat petani masih sekitar Rp 55.000/kg.

Penulis: Andri M Dani | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Petani di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, saat mengecek tanaman cabai yang siap dipanen, Rabu (29/6/2022). 

TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Tingginya harga cabai merah lokal tanjung di pasar eceran ternyata tak berpengaruh pada harga cabai di tingkat petani.

Seperti diketahui, harga cabai merah lokal tanjung di pasar eceran di Pasar Manis Ciamis pasca Hari Raya Idul Adha 2022 melejit dari Rp 100.000/kg jadi Rp 150.000/kg.

Namun di tingkat petani harga cabai merah lokal relatif stabil, yakni Rp 65.000/kg, tidak jauh beda dengan di tingkat petani pertengahan Juni, sebulan lalu yakni Rp 55.000/kg.

“Habis hara raya kurban Iduladha ini harga cabai merah lokal tanjung di tingkat petani masih sekitar Rp 65.000/kg. Dalam seminggu ini tidak ada kenaikan,” ujar Pipin A Apilin, petani cabai di Desa Cibeureum Sukamantri Ciamis kepada Tribun Kamis (14/7).

Bila dibandingkan dengan harga cabai merah lokal tanjung sebulan lalu menurut Pipin memang ada sedikit kenaikan.

Pertengahan Juni lalu, harga cabai merah lokal tanjung di tingkat petani masih sekitar Rp 55.000/kg.

“Kalau dibandingkan dengan harga sebulan lalu memang ada sedikit kenaikan. Naik sekitar Rp 10.000 tiap kg,” katanya.

Sementara kenaikan harga cabai di tingkat pasar eceran menurut Pipin kadang tidak terduga. Tergantung permintaan dan pasokan stok.

Menjelang dan pasca hari raya kurban biasanya terjadi peningkatan permintaan. Sementara pasokan cabai sekarang menurun drastis.

Baca juga: Harga Cabai Merah di Pasar Manis Ciamis Melejit Jadi Rp 150 Ribu/Kg, Petani Banyak yang Gagal Panen

Baca juga: Cuaca Buruk Bikin Harga Sayuran dari Petani di Lembang Jadi Mahal, Harga Semua Jenis Cabai Naik

“Ada penurunan produksi di tingkat petani sekitar 30 persen sampai 40 % . Akibat serangan hama patek, antraksol, fusarium (layu batang layu buah), umumnya akibat pengaruh cuaca,”   jelas Pipin.

Kondisi tersebut tidak hanya dialami cabai merah lokal tanjung saja, tetapi juga cabai jenis lainnya seperti abai merah keriting, cabai besar TW maupun cabai rawit merah (cengek domba) serta cabai rawit ijo (cengek tahu).

Hal tersebut diperparah dengan luas areal kebun cabai yang saat ini sedang masa panen sangat terbatas. “Di Sukamantri sekarang hanya ada 10 hektare kebun cabai siap panen. Masa panennya sudah berlangsung sejak lebaran lalu,” katanya.

Anjloknya hasil panen di tingkat petani di sentra produksi sayur mayur kawasan agropolitan Sukamantri Ciamis tersebut menurut Pipin, pasokan cabai asal Sukamantri ke pasar induk Caringin Bandung dan Keramat Jai Jakarta menurun drastis.

Dalam kondisi normal katanya tiap hari cabai dari Sukamantri masuk pasar Induk Caringin Bandung sekitar 2-3 ton/hari. Sekarang hanya sekitar 1 sampai 2 ton/hari. “Itupun tidak setiap hari, melainkan 3 hingga 4 hari dalam seminggu,” jelas Pipin yang juga ketua Gapoktan “Karangsari” Desa Cibeureum Sukamantri tersebut.

Terbatasnya pasokan cabai dari petani lokal tersebut membuat harga cabai di sejumlah daerah di Jabar bergejolak semakin pedas. “Pasokan cabai dari Jateng maupun Jatim tidak masuk ke Jabar. Karena stok mereka habis memenuhi kebutuhan lokal setempat. Sementara cabai yang diproduksi petani di Jabar tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal Jabar tetapi juga tersedot ke Jakarta,” imbuhnya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved