Kisah Sukses Petani Buncis Kenya, Hasil Panennya Kini Bisa Dinikmati di Singapura
BUNCIS asal Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, bukan buncis biasa. Warga setempat mengenalnya sebagai buncis kenya.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Januar Pribadi Hamel
Oleh Lutfi Ahmad Mauludin
BUNCIS asal Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, bukan buncis biasa. Warga setempat mengenalnya sebagai buncis kenya. Namun, ada juga yang menyebutnya kacang prancis.
Sepintas, tak ada perbedaan antara buncis kenya dengan buncis biasa. Namun jika diperhatikan lebih detail terlihat perbedaannya. Ukuran buncis kenya lebih kecil dari buncis biasa. Pohonnya juga lebih pendek.
Walau lebih kecil, buncis kenya memiliki keunggulan. Rasa renyah jika dimakan mentah, Buncis kenja juga tahan lama, tak mudah layu atau busuk.
Baca juga: Petani Buncis Kenya di Kabupaten Bandung Merasa Dibiarkan Pemerintah, Berharap Ini
Pohon buncis kenya juga bisa bertahan meski ditanam di bawah pohon besar. Tak heran, kebun buncis kenya umumnya rindang karena para petani tak perlu menebang pohon-pohon besar untuk dijadikan kebun.
Petani buncis kenya, Gugun Gunawan, mengatakan tinggi pohon buncis kenya hanya sekitar 50 sentimeter, jauh lebih pendek dari buncis biasa yang tingginya bisa mencapai satu meter.
"Hasilnya juga disebut baby karena lebih kecil dari buncis biasa," kata Gugun, di sela panen buncis kenya di kebunnya di Desa Cipanjalu, Minggu (3/7).
Keunggulan lainnya buncis kenya dibanding bincis biasa, kata Gungun, buncis kenya lebih cepat panen. Buncis kenya juga bisa ditanam di mana saja, baik tersinari langsung matahari mauoun tidak.
Baca juga: Cukup Diminum Dua Hari Sekali Secara Rutin, Jus Buncis Bisa Usir Darah Tinggi, Begini Cara Buatnya
"Buncis kenya itu 60 hari sudah panen, kalau yang biasa samapai 3 bulan. Dari perawatan juga ringan, harga juga alhamdulilah di atas yang biasa," ujar Gungun.
Gungun mengatakan, dari segi perawatan, buncis kenya cuma perlu lima kali diberi obat, dan empat kali diberi suplemen dan nutrisi.
"Kebetulan di sini juga organik, pupuk ada produk-produk yang organik, kebetulan juga kami berkreasi sendiri terkait pupuk organik," tuturnya.
Gungun mengatakan, di kebunnya ia bisa dua kali panen setiap minggunya. "Sekali panen itu bisa mendapatkan 1 atau dua kuintal buncis," ujar Gungun seraya mengaku memiliki lahan seluas satu hektare di tempat tersebut.
"Tapi belum semua ditanami buncis kenya. Baru sebagian. Tanamnya bertahap," ujarnya.
Gungun mengatakan, harga buncis kenya kualitas bagus antara Rp 15 ribu hingga 30 ribu per kilogram. Selain dipasarkan di dalam negeri, kata Gugun, buncisnya juga dipasarkan ke luar negeri.
"Alhamdulilah ini kami tembus ke Singapura. Cuma nanti packingnya itu beda lagi, enggak di sini. Kami di sini hanya menanam, jadi ada distributornya," katanya.
Gugun berharap, ke depan, pemerintah bisa ikut membantu para petani kecil seperti dirinya, bukan saja terkait penyuluhan dan penanaman.
"Tapi juga setelah panen, termasuk soal pemasarannya," kata Gugun.
"Selama ini petani kecil seperti saya harus cari pasar sendiri, buka jaringan, cari sana-sini, alhamdulilah akhirnya bisa mandiri," ucapnya.(*)