Kasus Stunting Bukan Soal Fisik, LPAI Majalengka Jelaskan Ini: pada Sikap, Ekspresi dan Tingkah Laku
Stunting bukan melulu soal fisik yang kerdil atau pendek pada balita. Kosakata itu kerap dijadikan stigmatisasi terhadap bahasa stunting yang keliru.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Pemahaman tentang stunting yang mengarah pada fisik yang kerdil atau pendek, merupakan pemikiran yang salah.
Kosakata itu kerap dijadikan stigmatisasi terhadap bahasa stunting yang keliru.
Termasuk saat ini, ketika Pemerintah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, bersama Dinas Kesehatannya tengah gencar untuk menurunkan angka stunting, konotasi pemahaman tentang stunting masih pada konotasi soal fisik anak yang pendek.
Baca juga: Alarm Kelahiran, Sejata Baru Perangi Stunting di Pangandaran, Sudah Terbukti Kemampuannya
Menanggapi soal itu, Ketua LPAI Majalengka, Aris Prayuda mengatakan, pemahaman tentang kata stunting terhadap fisik anak yang kerdil dan pendek adalah salah besar.
"Pengertian stunting yang benar adalah gejala kurang gizi yang tampak pada sikap, ekspresi dan tingkah laku anak yang dinilai tidak normal pada anak usia balita maupun menjelang pubertas, sehingga pubertasnya dinilai gagal."
"Contohnya pola pikir yang lambat, mentalnya yang tidak kuat, intinya tak ceria seperti anak-anak pada umumnya. Itu gambaran besarnya," ujar Aris, Sabtu (25/6/2022).
Dengan kata lain, kata Aris, stunting bukan melulu soal fisik yang kerdil atau pendek pada balita.
Sebab, jika bicara soal fisik anak yang pendek atau tidak tinggi, sementara perkembangan mental si anak lincah, pola pikirnya cerdas, hal itu kemungkinan fisiknya merupakan turunan dari ayah dan ibunya.
"Lihat dulu orang tua si anak itu, biasanya jika fisik si anak kurang tinggi, mungkin ayah atau ibunya begitu. Itu bukan stunting, tapi itu gen bawaan dari orangtuanya," ucapnya.
Oleh karenanya, ia menjelaskan, pihaknya bersama LPAI Majalengka mendorong pemerintah untuk terus memberikan suplemen vitamin dan mengedukasi calon ibu agar memperhatikan soal asupan gizinya.
Baca juga: Dinkes Majalengka Klaim Kasus Stunting Turun Selama Pandemi Covid-19
"Kita mendorong, agar pemkab Majalengka juga kalangan lain untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama kaum ibu atau calon ibu, asupan gizi baik untuk ibu yang sedang hamil itu sangat menentukan kualitas bayi ketika lahir, juga sangat menentukan kehidupannya selama seribu hari pertama," jelas dia.
Sementara, Dinas Kesehatan Majalengka baru-baru ini menginformasikan bahwa kasus stunting di masa pandemi Covid-19 justru menurun.
Penurunannya itu berjumlah hingga ribuan kasus.
Sekretaris Dinas Kesehatan Majalengka, Agus Susanto menyampaikan, awal pandemi yakni tahun 2020 lalu, penanganan stunting tetap menjadi prioritas bersama penanganan penyakit lainnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ketua-lpai-majalengka-aris-prayuda-1.jpg)