Andika Prakasa dan Ridwan Kamil Disebut Bisa Jadi Kuda Hitam di Pilpres 2024

Sosok yang bakal menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2024 adalah Andika Perkasa, tapi bukan tidak mungkin bakal ada sosok lain di antaranya Ridwan Kamil

Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ), Hermawan Sulistyo, saat ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kamis (23/5/2022). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT- Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo, menyebutkan bakal ada sosok yang jadi kuda hitam pada kontestasi Pilpres 2024

Partai NasDem sudah mengumumkan tiga kandidat bakal calon presiden yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Jika melihat nama-nama tersebut, ucapnya, sosok yang bakal menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2024 adalah Andika Perkasa, tetapi bukan tidak mungkin bakal ada sosok lain, seperti Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

"Nah yang akan jadi kuda hitam itu Andika Perkasa," ujar Hermawan Sulistyo saat ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kamis (23/5/2022).

Menurut dia, Ridwan Kamil bisa saja menjadi sosok yang menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2024 asalkan pria yang akrab disapa Kang Emil ini dipasangkan dengan orang yang kuat.

"Ridwan Kamil mungkin bukan kuda hitam, kecuali dia berpasangan dengan orang kuat," kata Hermawan.

Baca juga: Peluang Ridwan Kamil Maju di Pilpres, Pengamat Sebut Tergantung Dukungan Ini Agar Elektabilitas Naik

Jika melihat elektabilitas sejumlah tokoh yang digadang-gadang maju sebagai capres seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto, dia menilai tidak akan mengalami perubahan yang signifikan.

"Kalaupun berubah juga hanya sedikit. Jadi mungkin masih nama-nama itu yang terdepan," ujarnya.

Ia mengatakan, jika melihat peta sosok yang sudah ada itu, partai politik mulai memetakan konstelasi di tengah waktu yang cukup singkat mulai dari konsolidasi hingga water testing atau cek ombak. 

"Semua sebetulnya masih proses konsolidasi testing the water istilahnya atau tes pasar. Melihat segi elektabilitas dan popularitas, sekarang ini baru tahap popularitas," ucap Hermawan Sulistyo.

Ia mengatakan, dengan waktu yang cukup singkat itu, partai politik harus melakukan persiapan secepatnya supaya tidak disalip oleh lawan dan digunting pihak lain.

"Justru yang menjadi soal itu adalah begitu konsolidasi dilakukan, biasanya langsung digunting oleh lawan-lawan atau pihak yang lain," ujarnya.

 

 

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved