Order Minyak Goreng Fiktif

Tergiur Harga, Puluhan Ibu-ibu di Bandung Jadi Korban Pre-Order Minyak Goreng Fiktif, Rugi Miliaran

Korban mengaku tergiur membeli minyak goreng dengan sistem pre-order dari IR karena harganya yang murah. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,5 m

Tribun Cirebon/Ahmad Imam Baehaqi
ILUSTRASI - Minyak goreng 

"Kami sudah lapor ke Polsek Cileunyi bareng sama yang lain, lima orang. Ada juga yang lapor ke Polsek Limbangan. Pelaku sempat datang satu kali pas panggilan, selanjutnya tidak datang lagi, menghilang," katanya.

Menurut Ayu, pelaku bukanlah seorang pengusaha. "Dia ibu rumah tangga biasa, usianya juga masih muda sekitar 25-26 tahunan," katanya.

Langganan

Modus pelaku memenuhi pemesanan pertama pada para korbannya juga diungkapkan Iros Mawarni. Kerugiannya akibat pemesanan dengan sistem pre-order kepada pelaku mencapai Rp 65 juta.

Iroh mengaku percaya karena sudah berlangganan kepada IR sejak November 2021, dan di awal pembelian, IR tak pernah ingkar janji, selalu memenuhi pesanan Iros.

"Saya mulai ikut PO (pre-order) diakhir November, itu lancar sudah tujuh kali pengiriman saya. Misalkan, masuk PO Senin, Rabu sudah dikirim. Cuma mandegnya pas akhir Desember itu, bareng semuanya," ujar Iros.

Baca juga: 1.000 Liter Minyak Goreng Ludes Dalam 2 Jam, Operasi Pasar di Kantor Polisi di Sukabumi

Alasan yang diberikan IR pun, kata Iros, sama karena barangnya kosong di gudang. Iros sudah meminta pengembalian uang sejak tiga pekan lalu, namun hingga kemarin belum sepeserpun yang ia terima.

"Janjinya mau pengembalian dana biar sama-sama enak, soalnya saya juga menjual ke konsumen. Konsumen saya tidak sabar, minta uangnya kembali, makanya minta return dana," katanya.

Namun, berbeda dengan tetangganya, Ayu, Iros memilih menunda laporannya ke polisi.

"Saya masih banyak urusan dan karena sebagian sudah ada yang melapor, kalau saya belum," ujarnya.

Ia berharap, pelaku memiliki itikad baik untuk mengembalikan uang para korban dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Terakhir kontak sama saya 5 Februari 2022. Saat itu saya hubungi dia melalui medsos, masih aktif, tapi ternyata sekarang sudah tidak aktif," ujarnya.

Royal

Berbeda dengan Iros, korban lainnya, Safitri Agustini, warga Rancaekek, mengaku terakhir berhasil berkomunikasi dengan IR pada 26 Januari lalu. Saat itu, pelaku sudah ganti nomor. Setelah itu, pelaku tak bisa lagi dihubungi.

Safitri juga mengaku mempercayai pelaku karena biasanya pengiriman barangnya lancar.

"Saya awal ikut itu pada 13 Desember 2021, sistemnya pembayaran penuh. Sampai tujuh kali pesan, pengiriman barang lancar. Tetapi, pemesanan ke delapan, mandek," ujarnye melalui telepon.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved