Tempe di Warteg Bisa Setipis Kartu ATM Gara-gara Harga Kedelai Naik

Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menyebut hal tersebut mau tidak mau harus dilakukan para pengusaha Warteg

Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati
Ilustrasi menu di warteg. Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menyebut ukuran tempe di warteg bisa setipis kartu ATM setelah harga kedelai impor naik. 

Jumlah ini berasal dari stok awal Februari yang tercatat sebesar 160 ribu ton ditambah pemasukan pada pertengahan Februari sebesar 140 ribu ton, di mana jumlah itu diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan (Februari–Maret 2022).

Akindo berkomitmen untuk menjaga harga kedelai di tingkat importir sebesar Rp10.500 sampaib11.500 per kilo gram pada Februari 2022 dan akan ditinjau kembali setiap akhir bulan berdasarkan perkembangan harga kedelai dunia. 

Hal ini dilakukan guna memberikan kepastian harga kedelai kepada perajin tempe dan tahu, serta menjaga situasi kondusif di tengah ketidakpastian harga kedelai dunia.

Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) menyampaikan akan menaikkan harga jual produknya, seiring melonjaknya harga kedelai.

"Tolong dibilang ke masyarakat, bahwa kami menaikkan harga tempe - tahu terpaksa, kalau harga kedelai tidak naik, kami tidak menaikkan," kata Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifudin.

Harga tempe di tingkat masyarakat nantinya bisa Rp 6 ribu per potong atau ukuran 500 gram, dari saat ini Rp 5 ribu. 

"Naiknya tidak seberapa, hanya Rp 1.000, kami tukang tempe sama tahu ini hanya sekadar bisa bertahan hidup saja, agar bisa makan," tutur Aip.(Tribun Network/nis/kps/sen/wly)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved