TERNYATA Ini Alasan Kenapa Momen Imlek Identik Dengan Hujan, Bagaimana dengan Tahun Ini?

Perayaan Hari Raya Imlek tahun ini akan jatuh pada 1 Februari 2022. Kenapa momen Imlek identik dengan hujan?

Canva
Pantun yang cocok dibagikan pada Tahun Baru Imlek. 
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
 
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Perayaan Hari Raya Imlek yang akan jatuh pada 1 Februari 2022 menjadi momentum bagi masyarakat Tionghoa dalam bersyukur dan berharap untuk tahun yang akan datang.
Hari raya Imlek yang juga disebut Tahun Baru Cina ini juga sering dikaitkan oleh masyarakat di Indonesia dengan hujan.
Hujan ketika perayaan imlek sering dianggap pertanda bakal banyak rejeki yang berlimpah akan turun. Lalu, mengapa perayaan imlek di Indonesia identik turun hujan?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa Imlek memang selalu jatuh pada akhir Januari dan awal Februari yang memang bertepatan dengan puncak musim hujan dengan curah hujan yang tinggi.
"Inilah mengapa hari raya Imlek identik dengan turunnya hujan. Dalam waktu tiga hari ke depan atau sampai akhir Januari ini cuaca di Bandung hujannya terbilang sedikit tapi anginnya cukup kencang," kata Yan Firdaus dari Forecaster Stasiun Geofisika Kota Bandung, Minggu (30/1/2022).
Yan juga mengamati musim hujan secara empiris di wilayah Bandung Raya dimulai November dan berakhir di Maret. Sedangkan musim kemarau 2022 di Bandung Raya dimulai Juni sampai September.
"Masyarakat diharapkan selalu waspada karena perubahan cuaca cukup cepat dari cerah ke mendung dan angin kencang cukup cepat. Jika terjadi awan mendung atau mulai terasa kencang angin, warga harus langsung mencari perlindungan," katanya.
Identik Dengan Dodol Cina

Kue keranjang dodol cina atau Kue Nian Gao dalam bahasa cina menjadi khas tahun baru Imlek, (30/1/2022).

Penganan berbahan dasar tepung tersebut adalah salah satu makanan khas dari etnis Tionghoa yang erat kaitanya dalam budaya menyambut tahun baru Imlek.

Seperti, Shendy Gunawan, penerus usaha produksi dodol cina yang diwariskan kakek dan ayahnya secara turun temurun kebanjiran order dari berbagai kota.

Tempat pembuatannya yang berada Jalan Merbabu, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Shendy mengaku usaha dodol cina mereka sudah dimulai sejak 1950an.

Shendy sudah mempersiapkan bahan-bahan pembuatan kue keranjang sejak tiga bulan laku, sebelum perayaan Imlek digelar.

"Cara pembuatan Kue Keranjang ini dibuat dari bahan tepung dengan air gula, digiling dan setelah diaduk rata. Adonan tersebut dimasukkan kedalam cetakan keranjang bambu kemudian dikukus sekitar 22 jam hingga 24 jam," jelas Shendy.

Tahun ini, dia memproduksi 8 ton dodol cina. Bahkan menurutnya sedikit turun dibanding tahun lalu.

"Harga kue keranjang bermerk Marga Hsiung Sukabumi ini dipatok dengan harga Rp 40 ribu hingga Rp 45 ribu per kilonya," ucapnya.

Menurut Shendy, kue keranjang bisa bertahan dalam suhu kamar, selama dua sampai tiga bulan lamanya serta kalau disimpan dalam lemari es bisa bertahan sampai 2-3 tahun lamanya.

"Lumaya bisa lama bertahan tergantung kita menyimpannya dimana, kalau di ruang tertutup seperti kamar itu sampai tiga bulan. Di lemari es bisa dua tahun lebih," tuturnya.

Kue keranjang yang dibuatnya selain dipasarkan di Sukabumi juga dikirim ke luar kota atau kota-kota besar yang notabene masyatakat Tionghoa.

"Seperti daerah Bogor, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya dan ada pasar-pasar baru lainnya yang saat ini sedang dirambah," pungkas Shendy.

 
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved