WAWANCARA EKSKLUSIF, Kandidat Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf, Tegaskan Tak Ingin Jadi Presiden

Sosok KH Yahya Cholil Staquf disebut-sebut sebagai kandidat kuat Ketua Umum Pengurus Besar (PB) NU pada Muktamar ke-34 PB NU di Lampung, 22-23 De

Editor: Giri
ISTIMEWA
Katib Aam Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf, satu kandidat ketua umum PBNU. 

SELAIN KH Said Aqil Siradj yang didukung penuh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Jawa Barat, sosok KH Yahya Cholil Staquf juga disebut-sebut sebagai kandidat kuat Ketua Umum Pengurus Besar (PB) NU pada Muktamar ke-34 PB NU di Lampung, 22-23 Desember.

Gus Yahya, begitu ia disapa, saat ini diketahui menjabat sebagai Katib Aam PBNU.

Berikut lanjutan petikan wawancara khusus Wakil Direktur Pemberitaan Tribunnetwork, Domu Ambarita, dengan Gus Yahya, menjelang muktamar.

Di era milenial, anak-anak bisa dengan mudah menjalin komunikasi di media sosial. Di era seperti ini, menurut Gus, apakah ormas seperti NU masih perlu?

Organisasi seperti Nahdlatul Ulama dan sebagainya, menurut saya bertanggung jawab untuk menyediakan trek perkembangan ini supaya antara masa lalu dan masa depa. Ini ada kesinambungan yang utuh.

Artinya, ini bukan hanya soal bagaimana mengelola eksekusi kegiatan-kegiatan, tapi konten kegiatan itu sendiri.

Nah, kalau sekarang dikatakan bahwa ada banyak media-media baru, ada media digital yang semakin mendominasi, itu adalah media, adalah teknik baru di dalam mengeksekusi kegiatan.

Tapi kontennya ini yang tetap membutuhkan panduan atau katakanlah paling tidak inspirasi dari organisasi-organisasi masyarakat yang di luar ini, yang mereka ini yang menyambungkan masyarakat kita ini dari masa lalu ke masa depan.

Selain pemilihan Ketua Umum PBNU, Apa nanti yang akan dibahas oleh NU di dalam muktamar nanti?

Ada banyak hal, karena sekarang kita mendapatkan banyak kreasi-kreasi baru di dalam masyarakat ini.

Dalam ekonomi, misalnya, ada moda-moda keuangan baru yaitu uang krypto.

Itu membutuhkan respons, karena Nahdlatul Ulama ini bukan hanya organisasi masyarakat biasa tetapi organisasi keagamaan, yang memang bertugas dan bertanggung jawab memberikan bimbingan keagamaan, sehingga perlu memberikan kepada masyarakat perspektif keagamaan.

Bagaimana perspektif dari keagamaan dari Nahdlatul Ulama memenuhi hal-hal baru seperti keuangan krypto itu nanti akan menjadi salah satu bahasan, selain hal-hal lain yang lebih mendasar yang terkait dengan persoalan-persoalan fundamental, yang dihadapkan dinamika realitas baru, seperti soal tanah.

Meski NU bukan parpol, NU masih belum lepas dari urusan politik. Bagaimana menurut Gus?

Itu dia. Ini karena konstruksi organisasi. Itu bagiannya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved