Suami Stroke, Nenek di Pangandaran Harus Kerja, Sehari Penghasilannya Tak Lebih dari Rp 100 Ribu
Menjadi tulang punggung keluarga, seorang Nenek di Pangandaran mencari uang sendiri dengan berjualan kopi.
Penulis: Padna | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Pangandaran, Padna
TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Menjadi tulang punggung keluarga, seorang nenek di Pangandaran mencari uang sendiri dengan berjualan kopi.
Nenek ini bernama Maryati (69) warga di RT 8/3 Dusun Karangsari, Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa barat.
Ia harus menjadi tulang punggung keluarga semenjak suaminya bernama Oyo Sulaemi (74) yang awalnya tukang becak mengidap penyakit stroke di tahun 2006 atau seusai terjadi tsunami di Pangandaran.
Baca juga: BMKG Sampaikan Peringatan Dini, Gelombang Bisa 4 Meter, Masyarakat Pangandaran Diminta Waspada
Sepasang lansia ini mempunyai dua anak yang sudah berumah tangga yang hanya pekerja serabutan sehingga tidak bisa membantu orang tuanya.
Oleh sebab itu, Maryati harus mencari uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan kopi di sekitar Pantai Timur Pangandaran.
Maryati mulai berjualan kopi, semenjak suaminya mengidap penyakit stroke dan kondisi ekonominya serba kekurangan.
Nenek ini mengatakan, setiap pagi Ia berangkat dari rumah untuk berjualan kopi di pantai timur Pangandaran.
"Ya lumayan pak, kadang sehari-hari biasa, dapat Rp 15 ribu, kadang Rp 35 ribu. Kecuali hari libur seperti sekarang, cukup besar. Ya dapat Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu mah," ujarnya saat ditemui Tribunjabar.id disela sela jualannya di sekitar pantai timur Pangandaran, Minggu (19/12/2021) siang.
Jadi, ungkap Ia, hasil berjualan kopi bisa ia gunakan untuk membeli beras, kebutuhan suami dan juga lainnya.
Baca juga: Anak Berjualan Kue Jadi Isu Muzdalifah Bangkrut, Ayah Sambung Fadel Islami Beberkan Kondisi Keluarga
"Yang penting saya sehat, bisa berjualan dan gak minta sama anak sendiri," katanya.
Ia mengaku, selain berjualan kopi, Ia tidak mempunyai pekerjaan lain.
"Pulang jualan, paling saya merawat suami dan memasak. Paling nyiapin dagangan buat dijual di hari esoknya lagi," ucap Maryati.
Mengenai bantuan dari pemerintah daerah Pangandaran, Ia mengaku tidak menerima bantuan seperti umumnya warga yang kurang mampu.
"Yang ada itu bantuan untuk pelaku usaha (wisata) karena kebetulan saya jualan kopi, kalau seperti BPNT atau PKH tidak dapat," katanya.