Sering Demo Orde Baru dan Soeharto di Karawang, Ebeh Halim Kini Dikenal Sebagai Kades Babu

Kepala Desa Duren Abdul Halim atau yang kerap disapa Ebeh Halim, dikenal sebagai kades babu oleh warganya.

Penulis: Irvan Maulana | Editor: Mega Nugraha
Istimewa
Abdul Halim alias Ebeh Halim kades di Karawang yang dikenal sebagai kades babu 

Laporan Kontributor Tribun Jabar, Irvan Maulana

TIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA -Kepala Desa Duren Kecamatan Klari Kabupaten Karawang, Abdul Halim, akrab disapa Ebeh Halim, dikenal sebagai kades babu oleh warganya.

Sebutan kades babu yang melekat pada Ebeh Halim tidak lepas dari kiprahnya melayani warga Desa Duren. Tidak hanya itu, tampilannya selama menjabat jadi kades berupa kaos dan celana pendek menguatkan imej babu pada si kades.

Saat ini, usianya 63 tahun sudah tiga periode jadi Kepala Desa Duren. Semasa muda, dia sempat jadi pengurus Osis. 

Selain itu, dia juga aktif di organisasi Pemuda Tani sejak 1989, bahkan ia merupakan peraih predikat nilai terbaik pertama dalam latihan kepemimpinan pemuda tani hingga akhirnya ia bersama 10 orang lain jadi perwakilan Indonesia untuk studi pertanian di Jepang pada tahun yang sama.

Baca juga: Cerita Ebeh Halim di Karawang, Warga Menyebutnya si Kades Babu, Kerja pun Pakai Kaos

"Waktu itu memang saya pernah menjadi perwakilan Indonesia untuk studi pertanian di Jepang, karena dapat predikat terbaik pertama," ujar Ebeh Halim ketika ditemui usai acara silaturahmi Kepala Desa di Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta, Jumat (17/12/2021).

Organisasi yang memang menjadi ruhnya kerap kali membuahkan banyak ilmu untuknya diaplikasikan, ia sempat memimpin penyuluhan kelompok tani di Karawang.

"Saya mulai di dunia aktivis di Karawang sejak tahun 1992, mulai bergabung di KNPI, saya memang basic nya aktivis pertanian," kata dia.

Pada masa orde baru atau pemerintahan Soeharto, ia juga sering memimpin aksi penolakan alih fungsi lahan, kala itu Karawang sebagai lumbung pangan nasional kerap kali menjadi sorotan investor untuk membuat kawasan industri.

"Waktu itu tahun 1989 Karawang masih dinobatkan sebagai lumbung pangan nasional, saya memang tidak terima dengan alih fungsi lahan teknis yang sedang marak saat itu, kami memperjuangan lahan teknis lumbung pangan hingga keluarnya Kepres Nomor 25 Tahun 1995 tentang alih fungsi lahan," paparnya.

Baca juga: Jadi Kepala Desa 3 Periode, Kades Ini Mengaku Belajar Dari Kisah Umar Bin Khatab

Berawal dari dunia aktivis ia kemudian mencoba peruntungan di dunia politik pada zaman orde baru.

"Saya pernah aktif di PPP, tapi pada zaman reformasi NU membentuk PKB, pada tahun 1999 saya mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Karawan, tapi gagal karena waktu itu aturannya berorientasi pada nomor urut, bukan raihan suara," ungkapnya.

Setelah itu, karirnya di dunia politik berhenti, ia hanya menjalani kehidupan sebagai tokoh masyarakat di Desa Duren, namun sebagai tokoh ia banyak berbuat untuk masyarakat. Sehingga akhirnya ia di dorong untuk mencalonkan Kepala Desa.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved