Perlu Tahu, Ini Varian Baru Covid-19 dari Afrika Selatan, Harus Diwaspadai, Lebih Ganas Dari Delta?
Menteri Kesehatan Afrika Selatan umumkan Kamis lalu mengenai penemuan varian Covid-19
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Belum juga usai pandemi Covid-19 di sejumlah negara, kini muncul varian virus Corona baru yang perlu diwaspadai. Karena itu jangan lalai, tetap jaga protokol kesehatan, jangan kendor pakai masker.
Adanya temua varian baru virus Corona diumumkan Menteri Kesehatan Afrika Selatan umumkan Kamis lalu mengenai penemuan varian virus Corona baru yang menyebar secara cepat di sebagian wilayah negara tersebut.
"Awalnya ini tampak seperti penyebaran klaster, tapi sejak kemarin, indikasi datang dari ilmuwan kami dari Jaringan Pengawasan Genomik jika mereka mengamati varian baru," papar Menkes Afrika Selatan Joe Phaahla dikutip dari CNN.
Baca juga: Ini Jurus Gubernur Jawa Timur Turunkan Kasus Covid-19 Hingga Banyak Daerah Terapkan PPKM Level 1
Ia juga menekankan jika saat ini masih tidak jelas di mana varian yang disebut dengan B.1.1.529 itu pertama kali muncul.
Sejauh ini varian ini telah dideteksi di Afrika Selatan, Botswana dan di dalam tubuh seorang pengelana ke Hong Kong dari Afrika Selatan, tambah Phaahla.
Selama briefing berita, ilmuwan genom mengatakan varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang tinggi, sebuah hal yang tidak biasa, dengan lebih dari 30 mutasi di protein puncak kunci.
Protein puncak tersebut merupakan struktur yang dipakai virus untuk masuk ke dalam sel yang mereka serang.
Baca juga: Penguatan Teori Keperawatan dan Kebidanan Di Masa Pandemic Covid-19 Di RSUD Kota Bandung
Profesor Tulio de Oliveira, direktur Pusat Respon Epidemi dan Inovasi, mengatakan jika varian tersebut "memiliki lebih banyak mutasi daripada yang kita prediksi," menambahkan jika varian itu "menyebar sangat cepat dan kami harapkan untuk melihat tekanan di sistem kesehatan dalam beberapa hari dan minggu ke depan."
Ia menyarankan publik untuk "coba hindari acara penularan cepat (super spreading events)."
Pejabat juga mengatakan kekhawatiran jika mutasi bisa menghasilkan menurunnya imun dan melancarkan penularan virus.
Namun dikatakan saat ini masih terlalu awal untuk mengatakan dampak apa yang diberikan mutasi itu terhadap efikasi vaksin.
Lebih banyak penelitian juga diperlukan guna mengetahui keparahan klinis varian dibandingkan dengan varian sebelumnya.
"Pengaruh sepenuhnya dari varian ini tetap belum jelas dan alat terbaik yang kami miliki saat ini masih berupa vaksin," ujar De Oliveira.
Ia menambahkan jika hasil pembacaan laboratorium masih diperlukan untuk tes vaksin dan penurunan antibodi.
Baca juga: Vaksinasi di Sukabumi Masih Rendah, BIN Jabar Jalankan Operasi Percepatan Vaksinasi Covid-19
Inggris melarang penerbangan dari 6 negara Afrika
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/virus-corona-ay-42.jpg)