Ada Temuan Jamur Raksasa di Cicalengka, Ternyata Jenis Ini dan Tidak Beracun
Jamur raksasa yang ditemukan di Cicalengka Kabupaten Bandung dan viral termasuk jenis Phlebopus Marginatus.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Mega Nugraha
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Jamur raksasa yang ditemukan di Cicalengka Kabupaten Bandung dan viral termasuk jenis Phlebopus Marginatus.
"Kalau kami identifikasi, dan konsultasi dengan ahli jamur di ITB, jadi ini masuknya ke spesies phlebopus marginarus," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran, saat meninjau jamur, Selasa (5/10/2021).
Jamur raksasa tersebut tumbuh di rumah warga. Menurut Tisna Umaran, jamur tersebut banyak tumbuh di alam, dan berdasarkan literatur ini tidak mengandung racun.
"Jadi aman yah, kemudian di beberapa literatur ini bisa dikonsumsi," kata Tisna Umaran.
Baca juga: Viral di Media Sosial, Jamur Raksasa Ditemukan di Cicalengka Kabupaten Bandung, Baru Kali Ini
Namun, pihaknya menyarankan ke pemilik agar jamu raksasa itu tidak dikonsumsi karena ada kekhawatiran terdapat kandungan unsur mikro.
"Karena unsur mikro kalau melebihi ambang yang ditolerir untuk tubuh, ini juga berbahaya bagi tubuh," ucap dia.
Jadi pada intinya, kata Tisna, jamur raksasa ini tidak masalah, kalau pun misalkan tumbuh yang besar, bisa jadi hiasan.
"Bisa dikonsumsi, tetapi saran kami tidak dikonsumsi," kata ujarnya.
Tisna mengatakan, pihaknya mengambil sample, akan coba diteliti di lab apa kandungan dari jamur tersebut.
"Kalau kekhawatiran kita kandungan mikronya yang dominan, nanti bisa disimpulkan di lab. Jika hasil lab nya aman, ya silakan aja dikonsumsi," tuturnya.
Nanti kata Tisna, dilihat berapa kandungan mikro nya dan berapa ambang batas ke tubuh manusianya, terus unsur mikronya apa saja, jadi perlu diteliti di laobatorium.
"Jamur ini tumbuh maksimal, diameternya sekitar 30-40 centimeter, ini beratnya sekitar 3,5 kilogram," katanya.
Jamur yang ditunjukan tisna tersebut merupakan jamur yang tumbuh paling besar, dari tiga jamur yang ada.
"Ini sebetulnya gak biasa tumbuh di halaman. Tapi di daerah Cicalengka juga pernah ditemukan di kebun, cuman ukurannya memang tidak sebesar ini," ujar dia.
Tisna mengaku, pihaknya juga akan mempelajari apa penyebab jamur tersebut bisa tumbuh maksimal di halaman rumah tersebut.
"Mengapa ukurannya besar, dan tumbuhnya di sekitaran tanaman serai, nah nanti saya pelajari nih, kenapa bagusnya di situ, ada unsur apa," katanya.
Memang keempat jamur yang ditemukan pemilik rumah tersebut, Rohaeti (78), tumbuh di samping serai, tiga masih hidup dan satu telah mati dan dibuang keluarga Rohaeti.
Penyebab tumbuhnya jamur tersebut, mungkin, seperti bunga bangkai yang sering tumbuh juga, kemudian kan untuk sopra jamur kan kecil, bisa terbawa angin.
"Untuk tumbuh juga membutuhkan kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Ada kemungkinan terbawa oleh angin, kan ini bukan tanah urugan, bisa saja aktivitas orang yang nyangkul di sini atau sebagainya," katanya.
Menurut Tisna, kemungkinan jamur tersebut bisa tumbuh lagi karena ini katanya yang ketiga kali.
"Cuman ukuran yang besar baru sekarang," ujar Tisna.
Untuk dibudidayakan, kata Tisna, harus diteliti kembali, apakah memang bagus kalau ada serai dan lainnya.
"Seperti suung, sampai saat ini suung belum bisa dibudiyakan karena harus ada sarang rayap, agar pertumbuhannya optimal kalau ada sarang rayap. Kalau kita bisa meniru unsur unsur apa saja, kemungkinan bisa dibudidayakan," katanya.