Hal Tersembunyi di Curug Panganten Ciamis yang Berbahaya di Balik Pelajar SMP Terseret
Curug Panganten di Dusun Cukang Uncal Desa Tanjungsari Kecamatan Sadananya Ciamis merupakan hulu Sungai Cileueur.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Mega Nugraha
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Curug Panganten di Dusun Cukang Uncal Desa Tanjungsari Kecamatan Sadananya Ciamis merupakan hulu Sungai Cileueur. Bagian dari daerah aliran sungai (DAS) Cipanyeuseuhan.
Di Curug Panganten Rabu (29/9/2021) sekitar pukul 15.30 pelajar SMPN 1 Ciamis meninggal terseret pusaran air (turbulensi) saat berenang di curug yang berada di kaki Gunung Sawal tersebut.
Menurut Ilham Purwa, potensi SAR Ciamis yang juga Koordinator Brotherhood for Rescue and Disaster wilayah Ciamis, air terjun di Curug Panganten yang berada di Dusun Cukang Uncal tersebut memang tidak terlalu tinggi. Tetapi terdapat celah batu.
Baca juga: Kepsek SMPN 1 Ciamis Konfirmasi Korban Curug Penganten Adalah Siswanya, Sempat Pulang Dulu
“Biasa disebut crack atau under cut. Kata lain dari retakan atau celah,” ujar Ilham Purwa, yang juga Sekretaris Raksa Giri Sawala, organisasi yang fokus pada konservasi Gunung Sawal kepada Tribun Rabu (29/9/2021).
Crack atau under cut tersebut setiap saat bisa menimbulkan pusaran air (turbulensi).
“Terlebih seperti sekarang ini, saat arus sungai deras yang terjadi setelah beberapa hari hujan lebat dengan intensitas tinggi. Adanya buih di permukaan air sebagai tanda terjadinya turbulensi,” katanya.
Ketika terjadi turbulensi, siapapun yang sedang berenang di curug tersebut akan terseret dalam pusaran air. Biasanya korban akan panik dan tidak bisa menyelamatkan diri. Terlebih bagi yang tidak mahir berenang, dan tidak terlatih.
“Karakter curug yang berada di hulu sungai biasanya susah diprediksi. Arus dan debit airnya fluktuatif. Dan kondisi tersebut harus dipahami oleh pengelola curug sebagai objek wisata. Bila arus sedang deras, apalagi hujan intensitas tinggi turun beberapa hari berturut-turut seharusnya lokasi curug harus ditutup. Pengunjung dilarang berenang,” ingat Ilham.
Sebagai penggiat konservasi yang tergabung dalam Raksa Giri Gunung Sawal, menurut Ilham , di sekitar Gunung Sawal ada lebih dari 15 curug. Sekitar 10 curug diantaranya sudah dikelola sebagai objek wisata.
“Pertanyaannya sekarang, apalah pengelola curug sebagai objek wisata tersebut sudah memiliki manajemen resiko. Minimal memahami tentang P3K (pertolongan pertama) bila terjadi kecelakaan. Penyelamatan bila terjadi kondisi darurat atau bencana (rescue). Ada lifeguard yang berjaga,” katanya.
Manajemen resiko tersebut tidak hanya menjadi bagian dari pengelolaan objek wisata curug, tetapi juga objek wisata air lainnya seperti sungai maupun tubing, danau serta situ.
“Di Ciamis mungkin baru Jeram Seribu di arung jeram dan Kayaking di Situ Lengkong yang sudah memiliki manajemen resiko. Sedangkan pengelola lainnya seperti pokdarwis tentu juga harus menjadi perhatian tentang rescue ini. Termasuk pengelolaan areal perkemahan di daerah rawan longsor dan banjir,” ujar ilham.
Katanya kejadian di Curug Panganten Sadananya tersebut menurut Ilham mudah-mudahan bisa menjadi awal untuk mengevaluasi manejemen resiko dalam pengolaan objek wisata di Ciamis (andri m dani)