Ridwan Kamil Sedang Bahagia Target Tercapai, Akan Berenang di Sungai Citarum Bareng Ikan-ikan

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pengendalian pencemaran dan kerusakan Daerah Aliram Sungai Citarum sudah mencapai hasil menggembirakan.

Instagram @ridwankamil
Ridwan Kamil akan berenang di Sungai Citarum bareng ikan-ikan. 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pengendalian pencemaran dan kerusakan Daerah Aliram Sungai (DAS) Citarum sudah mencapai hasil yang menggembirakan, walaupun masih banyak yang masih harus dikerjakan.

Ridwan Kamil mengatakan pada kondisi awalnya pada 2018, indeks kualitas air Sungai Citarum berstatus Cemar Berat dengan nilai 33,34 poin.

Kemudian pada 2020 membaik menjadi Cemar Ringan dengan indeks 55 poin. Ke depannya ditargetkan pada 2025 memiliki 60 poin, dan pada 2030 menuju Mutu Air Kelas II dengan nilai 70 poin.

Seharusnya pada 2020, katanya, targetnya membaik dari Cemar Berat ke Cemar Sedang. Namun dengan kerja keras Satgas Citarum Harum, statusnya meningkat melampaui target menjadi Cemar Ringan.

"Saya juga kurang paham tapi intinya ini kinerja yang luar biasa, kami melewati status Cemar Sedang di 40-an, langsung hari ini statusnya Cemar Ringan ya," kata Ridwan Kamil dalam pemaparannya kepada Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di Bandung, Selasa (7/9).

Baca juga: Warga Belum Sepenuhnya Sadar, Sampah Kasur Masih Ditemukan di Aliran Sungai Citarum

Proses pun tetap berlanjut, katanya, sehingga nanti di akhir berharap airnya sudah masuk Kelas II, yakni ikan-ikan sudah bisa berenang dan tumbuh dengan baik, manusia juga sudah bisa berenang di Citarum.

Ia berharap dengan kondisi Sungai Citarum yang swimmable atau bisa dipakai berenang oleh manusia dengan nyaman, merupakan capaian tertinggi dalam program ini.

"Sebagai simbol bahwa ikan pun sudah bahagia sampai nanti tahun ke depan, yang berenang tidak hanya ikan tapi yang berenang adalah manusia. Kalau tempatnya memang sudah swimmable ya, saya sebagai Dansatgas mungkin akan mencoba juga berenang kalau tempatnya memungkinkan," katanya.

Sebelum ada Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, katanya, penanganan memang sangat susah. Namun setelahnya, semua jadi terkoordinasi.

Terdapat 12 poin capaian program Citarum Harum, katanya. Awal targetnya penanganan lahan kritis hanya 15.000 hektare, namun dengan bekerja keras bersama TNI, sudah tercapai penanganan 26.000 hektare lahan kritis. Masih banyak yang harus ditangani sampai target 80 ribu hektar lahan kritis tertangani pada 2025.

"Kemudian limbah domestik kita masih ada kendala karena menyangkut teritorial rumah-rumah yang di perkampungan. Memang target 135.000, kita ada 35 ribu, keteteran, ini akan kita sempurnakan," katanya.

Baca juga: BBWS Citarum Percepat Pengerjaan Lima Polder Pengendali Banjir di Kabupaten Bandung, Dimana Saja?

Mengenai persampahan masih kurang sedikit, targetnya terkendali terkelola 3.100 ton, yang terlaksana baru bisa 2.700 ton per hari. Kemudian penanganan limbah industri baru membina 300 industri, dari target 1.170 yang perlu dibina.

"Jadi banyak yang relasinya berhubungan dengan sosial itu yang agak lama, tapi kalau hubungannya dengan ekosistem itu target lebih cepat. Kalau sudah ketemu manusia kan ada yang mudah mengerti, ada yang susah mengerti, ada yang ngeyel. Nah ini ternyata lebih lama dari yang kita teorikan," ujarnya.

Target penanganan 26 ribuan sapi yang bisa diatur limbahnya, Satgas Citarum sudah melebihi target dengan 28 ribuan sapi. Kemudian penanganan keramba jaring apung juga melebihi target, dari target 28.000 yang dikendalikan sudah 33 ribuan.

Mengenai pengelolaan sumber daya air masih harus mengejar target dan baru tercapai setengahnya untuk penambahan air baku karena kualitas air memang belum memadai. Nemudian tadinya targetnya lima lokasi destinasi, baru terealisasi dua.

Kemudian pengendalian pemanfaatan tata ruang masih dalam proses pendataan sambil dilakukan penertiban. Kemudian tercatat 131 kasus pengaduan, 15 di antaranya sudah pidana pengadilan, kemudian ada kasus sanksi administrasi sebanyak 70. 

Kemudian dari target 290 desa yang diedukasi, sudah ada 1.268 desa yang sudah dilakukan edukasi. Kabar baik juga datang dari bisang riset dan pengembangan serta pengelolaan data.

Dalam pemaparan tersebut Ridwan Kamil menggaris bawahi bahwa air adalah peradaban dan warisan untuk generasi mendatang.

"Air adalah peradaban. Siapa yang merawat air sebenarnya sedang merawat peradaban yang akan diwariskan. Hidup itu tidak selalu makin baik, kadang-kadang kehidupan itu juga semakin buruk, kota makin macet, makin polusi, jadi bayangkan anak cucu kita hidup di dunia yang buruk, artinya itu dosa dari orang tuanya, kita semua," katanya.

Alam hadir dalam keadaan seimbang, katanya, cuma seringkali manusia tanpa ilmu memaksakan hidup tidak ramah dengan alam. Bantaran Citarum disebut daerah banjir dari sebelum ada manusia. Ia mengatakan Dayeuhkolot adalah daerah yang datarannya paling rendah, tapi manusia-manusia tanpa ilmu memaksakan diri tinggal di daerah yang basah tersebut.

"Akibatnya solusinya jadi mahal seperti ini  untuk menyesuaikan keinginan manusia yang melawan sistem alam. Tapi apapun itu kita yang ditakdirkan oleh Allah dengan jabatan, kita selesaikan permasalahan peradaban ini," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved