Banjir Kritik, Adik Ashraf Ghani Dukung Taliban, Sebut Tatanan baru Jadi Kebutuhan bagi Afghanistan

Sosok Hashmat Ghani sedang dibanjiri kritik setelah terang-terangan mendukung Taliban menguasai Afghanistan.

Wakil Kohsar / AFP
Pejuang Taliban berjaga di sepanjang jalan di Massoud Square di Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021). 

TRIBUNJABAR.ID - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani diketahui pergi dari Afghanistan ketika pejuang Taliban berhasil merebut Afghanistan.

Kini, sang adik Hashmat Ghani, menjadi sorotan.

Sosok Hashmat Ghani sedang dibanjiri kritik setelah terang-terangan mendukung Taliban menguasai Afghanistan.

Dilansir Tribunnews dari Al Jazeera, Hashmat Ghani menyebut masyarakat Afghanistan perlu menerima kehadiran Taliban untuk menghindari ketidakstabilan.

Baca juga: 5 Fakta Pasukan Elite Taliban Batalyon Badri 313, Ujung Tombak Pertempuran, Pakaian Mirip Militer AS

Hashmat mengatakan, ia mengakui tatanan baru di Kabul adalah kebutuhan bagi rakyat Afghanistan.

Terlebih, penarikan militer negara asing dari Afghanistan hanya tersisa beberapa hari lagi.

Pengusaha dan pemimpin dari populasi nomaden Kochi Afghanistan ini telah bertemu dengan para pemimpin Taliban selama beberapa hari terakhir.

Dia mengaku setuju untuk mengakui transisi kekuasaan sebagai sinyal untuk tokoh politik dan budaya yang berpengaruh, serta pengusaha.

Menurutnya, jika pebisnis bergabung dengan puluhan ribu orang yang mencoba melarikan diri dari Afghanistan, maka akan menghancurkan ekonomi negara dan masa depan secara keseluruhan.

Meskipun saudara lelakinya melarikan diri pada 15 Agustus, Hashmat Ghani mengaku tidak pernah berniat meninggalkan Afghanistan.

"Jika saya melarikan diri ke sana, apa yang akan terjadi dengan orang-orang saya, suku saya."

Baca juga: BIN Lakukan Antisipasi Ini Setelah Taliban Kuasai Afghanistan, Belajar dari Kasus ISIS

"Akar saya ada di sini, pesan apa yang akan dikirim jika saya melarikan diri dan meninggalkan orang-orang saya pada saat mereka membutuhkan?" ungkapnya.

Tentang pelarian saudaranya, ia mengaku ikut senang karena sang kakak setidaknya meninggalkan hidupnya dengan utuh.

"Jika dia terbunuh atau terbunuh dengan cara apa pun, segalanya akan menjadi jauh lebih buruk," tambahnya.

Di sisi lain, ekonomi Afghanistan telah berjuang keras karena korupsi, pemotongan bantuan asing dan hampir kehabisan uang pada hari-hari sebelum kedatangan Taliban pekan lalu.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved