Banjir Kritik, Adik Ashraf Ghani Dukung Taliban, Sebut Tatanan baru Jadi Kebutuhan bagi Afghanistan

Sosok Hashmat Ghani sedang dibanjiri kritik setelah terang-terangan mendukung Taliban menguasai Afghanistan.

Wakil Kohsar / AFP
Pejuang Taliban berjaga di sepanjang jalan di Massoud Square di Kabul, Afghanistan, Senin (16/8/2021). 

Hashmat Ghani mengatakan, Taliban harus melakukan segala upaya yang mereka bisa untuk terlibat dengan pengusaha dan investor.

Karena, dalam ekonomi, penutupan bisnis ini dan kurangnya uang dapat menyebabkan guncangan ekonomi yang serius.

Baca juga: Pejuang Afghanistan Anti Taliban Dikabarkan Rebut Kembali Daerah yang Sempat Dikuasai Taliban

Saat ditemui Al Jazeera sepanjang Sabtu sore, Hashmat Ghani terdengar menanggapi pesan suara WhatsApp dari Inggris.

Ia mencoba mendorong investor dan tokoh terkemuka untuk tidak putus asa atau lebih buruk lagi, meninggalkan negara pada saat dibutuhkan.

"Kita tidak bisa membiarkan negara ini kembali ke kematian dan kehancuran," katanya.

Keraguan Pengamat atas Perubahan Taliban

Pengamat terorisme sekaligus mantan Pimpinan JI (Jamaah Islamiyah), Nasir Abbas ikut menanggapi terkait dugaan perubahan dalam kelompok militan Taliban.

Ia mengaku masih meragukan perubahan yang terjadi dalam Taliban.

Ia pun mengingatkan agar publik tak lupa dengan dosa masa lalu Taliban yang sangat brutal dan kasar saat menghadapi musuhnya.

"Kita tidak boleh lupa dosa masa lalu Taliban, bagaimana brutalnya Taliban menyerang mujahidin pada 1993-1996."

Baca juga: Ketika Jusuf Kalla Undang Taliban ke Indonesia, Ajak Keliling Pesantren di Jakarta Tunjukkan Ini

"Sekarang kok berubah, menampakkan seperti masuk (ke Afghanistan) baik-baik."

"Saya masih belum yakin mereka sudah sepenuhnya berubah," kata Nssir, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (22/8/2021).

Untuk itu, Nasir menyebut lebih baik negara-negara di dunia menunggu terlebih dahulu daripada langsung mendukung Taliban.

Ia pun menyinggung terkait kejadian serupa saat ISIS merayakan kemenangan dan mendirikan negara Islam Irak dan Syam (Daulah Islamiyah) pada 2017 lalu.

Kala itu, banyak masyarakat yang mudah terpengaruh dan direkrut bergabung ke dalam kelompok militan ISIS.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved