Kematian Pasien Covid-19 di Bandung Meningkat Jika Oksigen Medis Terus Langka di Rumah Sakit

Rumah sakit di Kota Bandung terancam kolaps karena minimnya pasokan tabung oksigen medis untuk pasien Covid-19 maupun pasien penderita penyakit lain.

Penulis: Cipta Permana | Editor: Mega Nugraha
Tribun Jabar/Irvan Maulana
Pekerja toko alat medis sedang mengisi ulang tabung oksigen di Toko Alat Medis Jalan Brigjen Katamso Kabupaten Subang, Rabu (30/6/2021). 

Laporan wartawan TribunJabar.id, Cipta Permana. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rumah sakit di Kota Bandung terancam kolaps karena minimnya pasokan tabun oksigen medis untuk pasien Covid-19 maupun pasien penderita penyakit lain yang memerlukan oksigen medis.

Epidemiolog Universitas Islam Bandung (Unisba), dr. Fajar Awalia Yulianto mengatakan, kondisi itu diakibatkan  tingginya permintaan  oksigen di masyarakat. Sehingga rantai distribusi yang semula telah terjadwal dengan baik, berubah total.

"Kelangkaan oksigen medis karena hampir semua orang berburu oksigen untuk berjaga-jaga jika ada anggota keluarganya yang mengalami keluhan sesak nafas," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Senin (5/7/2021).

Baca juga: Dicari Ratusan Orang Tiap Hari, Oksigen di Central Bandung Raya Sudah Kosong Sejak 2 Minggu Lalu

Bahkan, bila kelangkaan oksigen medis ini tidak segera ditangani, berpotensi meningkatkan angka kematian pasien terkonfirmasi Covid-19 yang tengah menjalani perawatan di rumah sakit

"Kelangkaan oksigen di rumah sakit jelas akan pengaruhi angka kematian pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit," kata dia.

Lantas,  bagaimana jika pasien Covid-19 bergejala tidak bisa dirawat di rumah sakit lalu akhirnya menjalani isolasi mandiri di rumah.

"Itu sebabnya telemedicine sekarang akan menjadi program yang digulirkan RK (Ridwan Kamil) untuk penduduk Jabar. Sesak nafas merupakan keluhan subyektif, harus dinilai secara obyektif. Petugas medis paramedis menentukan urgensi oksigen untuk setiap keluhan sesak," katanya.

Hanya saja, jika merujuk pada tingkat saturasi oksigen normal manusia dewasa yakni di atas 95 persen, bagaimana jika pasien Covid-19 yang isolasi mandiri di rumah tiba-tiba sesak nafas dengan saturasi di bawah 90 persen berdasarkan alat ukur oxymeter, kata dia, belum tentu itu perlu oksigen.

"Masih ada teknik proning untuk menunggu oksigen datang," katanya.

Proning merupakan teknik yang membantu paru-paru mengalirkan oksigen ke seleuruh tubuh. Saat mau memulai teknik proning, posisikan tubuh dalam kondisi berbaring,posisi tengkurap di permukaan datar seperti tempat tidur selama 30 menit hingga 2 jam.

Kemudian ganti posisi dengan berbaring menghadap kanan dengan durasi yang sama. Lalu, ganti posisi duduk dengan posisi 30 hingga 60 derajat. Setelah duduk, lakukan posisi berbaring menghadap kiri dengan durasi yang sama. Lalu, ganti ke posisi semi tengkurap. Lakukan semua posisi tadi dengan masing-masing berdutrasi 30 menit hingga 2 jam.

Dengan penjelasannya itu, dr Fajar Awalia Yulianto menerangkan, tidak semua pasien covid-19 memerlukan oksigen medis. Kecuali ada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Dengan kelangkaan oksigen saat ini, pasien Covid-19 gejala berat dan kritis yang menjalani perawatan di rumah sakit berhak mendapat prioritas.

Baca juga: Denda Rp 25 Juta, 5 Orang di Indramayu Melanggar Protokol Kesehatan Bukti PPKM Darurat Lebih Ketat

Selain itu, Fajar menuturkan, meski di tengah kelangkaan, bukan berarti masyarakat harus panic buying dalam memburu ketersediaan oksigen. Baik untuk dikonsumsi secara pribadi maupun upaya penimbunan barang dengan tujuan keuntungan ekonomi. 

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved