Mengenang 100 Tahun Soeharto, Mbak Tutut Buat Postingan Soal Presiden RI Ke-2 Itu, Netizen Ucap Doa

Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
KOMPAS/PAT HENDRANTO
Presiden Soeharto saat dilantik dan diambil sumpahnya menjadi Presiden pada 27 Maret 1968. 

TRIBUNJABAR.ID - Hari ini, 8 Juni 2021 adalah momen mengenang 100 tahun Soeharto.

Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Presiden Indonesia yang paling lama menjabat, yaitu selama 32 tahun lalu itu meninggal pada 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan setelah dirawat selama 23 hari.

Jenazah Soeharto kemudian dimakamkan di Astana Giribangun yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Kini, putri pertama Presiden RI ke-2 itu, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto pun membuat sebuah postingan mengenai ayahnya.

Postingan itu dibuat di akun Twitter Mbak Tutut, @TututSoeharto.

Dalam gambar yang diunggahnya, terlihat ada tulisan "100 tahun Jenderal Besar HM Soeharto. 8 Juni 1921 - 8 Juni 2021."

Postingan itu pun mendapatkan respons beragam dari warganet.

Banyak netizen yang mengaku rindu dan turut mendoakan Presiden Soeharto.

"Saya tumbuh di zaman pak harto..saya kangen beliau," tulis @Nanda79468740.

"Semoga Bapak H.M. Soeharto dan Ibu Hj. Tien Soeharto diberikan lapang alam kuburnya, diridhoi semua amal ibadahnya diampuni semua hilafnya serta diberikan tempat terbaik disisi Allah SWT, aamiin Yaa Rabbal Alamiin, Al Fatehah 3x," tulis @noto_rogo.

"Al Fatihah Buat Mbah H.M Soeharto ; Semoga Allah tempat beliau bersama para ahli ibadah,taman indah syurgawi..
Al Fatihah," tulis @Juwang_Muda.

Baca juga: Hari Ini, Tepat 23 Tahun Lalu, Presiden Soeharto Jatuh dari Kekuasaannya, Era Reformasi Dimulai

"(Presiden Suharto) Keberadaannya memang tdk u/menyenangkan banyak pihak, namun ditangannya dgn REPELITA ia m/bawa gerbong pembangunan bergerak progresif!, kedua tangannya bekerja menyentuh dr dasar Rumah Tangga (BKKBN) hingga puncak konglomerasi," tulis @ddjarir.

"Terima Kasih pak, H.M SOEHARTO.sudah membuat indah masa keciku dulu. sudah membuat indonesia damai dan tentram serta maju dan berkepribadian, dalam agama dan budaya. semoga bapak tenang dialam sana dan semoga syurga Alloh swt tertinggi buat bapak bersama para nabi Alloh. aamiin," tulis @damarama999.

"Selamat ulang tahun bapak pembangunan bangsa. Kami rindu dirimu jendral... Meski saya hanya 15tahun merasakan kepemimpinan mum tapi kami bahagia semua pak. Maafkan kami yg mungkin dulu berdosa kepada bapak," tulis @nofacenogame.

Detik-detik Tien Soeharto Meninggal Diceritakan Tutut, Dini Hari Mengeluh Sesak Napas pada Soeharto

Istri Soeharto, Tien meninggal dunia pada 28 April 1996. Ia menghembuskan napas terakhir di usia hampir 73 tahun.

Anak sulung mereka, Siti Hardijanti Rukmana atau akrab disapa Tutut, menceritakan detik-detik Tien wafat melalui laman pribadinya tututsoeharto.id.

Saat itu, Tutut sedang berada di luar negeri karena bertugas memimpin sidang organisasi donor darah dunia.

Ia kemudian mendapat kabar bahwa Tien meninggal.

Kabar tersebut tidak ia duga. Sebelum ia berangkat ke luar negeri, Tien segar bugar dan tidak terlihat sakit.

Tutut langsung segera pulang ke Tanah Air.

Perjalanan tersebut begitu menyiksa karena terasa begitu lama.

Tidak langsung ke Indonesia, penerbangan yang dinaiki Tutut justru harus singgah di Singapura.

Untuk mempercepat waktu, Tien dijemput di Singapura.

Baca juga: Asal Usul Kampung Boneka Sayati, Perintisnya Meraih Upakarti dari Presiden Soeharto pada 1994

Mereka langsung menuju ke Solo, sementara itu Jenazah Tien sudah berada di sana.

Tien dimakamkan di Giribangun.

Tutut bersama Soeharto dalam satu mobil menuju lokasi pemakaman.

Tiba-tiba saja Soeharto menceritakan apa yang dialami Tien sebelum meninggal.

"Ibumu pagi itu, mengeluh, 'bapak, aku kok susah napas yo'," cerita Soeharto dengan suara dalam.

Soeharto kemudian mengecek apakah Tien merasakan sakit pada tubuhnya.

Namun, Tien mengaku tidak merasa sakit dan hanya mengeluh sesak napas.

"Bapak tanya maya yang sakit. Ibumu bilang, 'ora ono sing loro (tidak ada yang sakit), mung susah napas pak (hanya susah napas pak)," kata Soeharto.

Soeharto kembali bertanya apakah dada Tien sakit tapi sang istri tetap menjawab tidak.

Masih sesak napas, Tien dibaringkan di tumpukan bantal yang agak tinggi.

Soeharto kemudian memanggil ajudan untuk menyiapkan ambulans.

Keadaan Tien membuatnya harus segera dibawa ke rumah sakit.

Tien yang mengeluhkan sesak napas itu terjadi dini hari sekitar pukul 03.00.

Kemudian Soeharto melanjutkan ceritanya, "Di dalam perjalanan, ibumu sudah tidak sadar. Sampai di rumah sakit, semua dokter sudah berusaha untuk membantu ibumu. Tapi Allah berkehendak lain."

Setelah itu, Soeharto terdiam dan mengakhiri ceritanya pada Tutut.

Tutut tidak kuat membendung tangisnya.

Cerita detik-detik Tien wafat itu membantah kabar bahwa ia meninggal karena ditembak.

Baca juga: Seokarno Ditodong Pistol Saat Setujui Supersemar? Awal Orde Baru, Kekuasaan Beralih pada Soeharto

Soeharto Terpukul

Soeharto dikenal sebagai The Smilling General atau jenderal yang tersenyum, namun ada peristiwa saat ia menangis begitu pilu.

Peristiwa itu adalah saat Tien Soeharto meninggal dunia.

Soeharto begitu terpukul atas kepergian Tien Soeharto.

Satyanegara, dokter ahli bedah saraf yang juga anggota Tim Dokter Kepresidenan menceritakan kepiluan Soeharto ditinggal istrinya.

"Ketika itu 28 April 1996, saya mendapat kabar bahwa Ibu Tien meninggal dunia," kata Satya dalam buku Pak Harto, The Untold Stories yang dikutip dari Kompas.com.

Satyanegara pergi ke rumah duka di Jalan Cendana sekitar pukul 07.00 WIB.

Saat itu, jenazah Tien Soeharto dibaringkan di ruang tamu.

Satya menemui Presiden Rebuplik Indonesia yang ke-2 untuk mengucapkan belasungkawa.

Ada kejadian yang tak terduga, Soeharto meratapi nasib Tien Soeharto.

"Pak Harto memeluk saya, kemudian berkata sangat perlahan, 'Piye to, kok ora iso ditolong...? (Bagaimana, kok tidak bisa ditolong?)'," ujar Satya yang menirukan ucapan Soeharto.

Dokter itu tidak bisa berkata-kata saat mendengar ucapan Soeharto.

Ia hanya terdiam melihat The Smilling General menangis.

Seoharto beberapa kali mengusap tetesan air matanya dengan sapu tangan.

"Saya hanya tertegun, turut merasakan dalamnya kepiluan di hati Pak Harto," ucapnya.

Setelah kepergian istrinya, Soeharto sering menghabiskan waktu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Soeharto meminta anak-anaknya untuk mengantarnya ke TMII.

Di sana, Soeharto hanya duduk terdiam sambil memegang tongkat jalannya.

Soeharto melepas rindu dan mengenang saat bersama sang istri.

"Walau bicaranya sudah tidak jelas tapi saya bisa mengerti isi perkataan beliau. Pak Harto bilang, 'Saya rindu pada Ibu dan setiap saya merindukan Ibu, Taman Mini ini yang membuat kerinduan saya terobati," kata Bambang Sutanto, mantan pimpinan TMII.

TMII memang dibangun atas gagasan Tien Soeharto.

Saat itu, Soeharto membela proyek TMII yang diprotes karena dianggap tak bermanfaat dan mubazir.

Semasa hidupnya, Tien Soeharto sering mengunjungi TMII bersama suaminya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved