Hadapi Banjir, DPU Kota Bandung Bakal Lakukan Pengerukan dan Tanam Pohon di Lahan Kritis
Dinas Pekerjaan Umum bersiaga menghadapi adanya genangan-genangan banjir atau banjir cileuncang di sejumlah titik yang ada di Kota Bandung
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pekerjaan Umum bersiaga menghadapi adanya genangan-genangan atau banjir cileuncang di sejumlah titik yang ada di Kota Bandung. Kepala DPU Kota Bandung, Didi Ruswandi menyebutkan bahwa saat ini berdasarkan data dari BMKG, pada April hingga Mei memasuki musim pancaroba.
"Ya harusnya itu sekarang masuk kemarau. Tapi, ternyata masih ada hujan yang turun dengan intensitas yang tinggi namun sebentar. Penanganan-penanganan terus kami optimalkan, salah satunya dengan melakukan pengerukan-pengerukan di badan-badan air," katanya, di Bandung, Kamis (3/6/2021).
Adapun solusi permanen yang dilakukan DPU Kota Bandung untuk atasi banjir ataupun cileuncang, Didi menyebutkan dengan cara melakukan penanaman di atas lahan-lahan kritis yakni Bandung Utara. Sebab, kata Didi, hampir 75 persen banjir yang terjadi di Bandung Selatan akibat dari hulu, yakni Bandung Utara.
"Manglayang itu jadi faktor penting penyelesaian banjir di Kota Bandung. Kami sekarang sedang coba bangun sumur-sumur imbuhan dangkal dengan targetnya setiap UPT bisa bangun sumur imbuhan dangkal sebanyak 2100 unit. Untuk 2021 kami anggarkan Rp 4 miliar untuk program ini," katanya.
Selain itu, solusi lainnya atau solusi jangka pendek, Didi mengatakan pihaknya rutin lakukan perbaikan pada drainase di permukiman warga, apalagi di pasar-pasar yang sedimentasinya tinggi.
"Kami lakukan rutin pengerukan. Poin pentingnya itu banyak yang anggap penyelesaian banjir urusannya di saluran. Padahal, dominannya itu pada resapan. Jadi, intinya harus di setiap rumah miliki drupori," katanya.
Terakhir, Didi berharap Kota Bandung dapat menjadi kota yang berkelanjutan, yang artinya kota dengan memiliki paru-paru juga pori-pori. Hal itulah yang sampai saat ini belum terwujud.
"Apapun itu ke depannya harus ada pori-pori kota. Itulah penyelesaian banjir sehingga dapat berdampak pada ketahanan air," katanya. (*)
