Optimis Di Tengah Pandemi Covid-19, Pemuda Ini Sukses Jadi Peternak Milenial, Pernah Utang 2 Miliar
Pemuda ini sukses menjadi peternak milenial dan membangun banyak bisnis lainnya di usia 28 tahun
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Direktur PT. Daya Desa Asasta, Bayu Purnama Alam tidak pernah menyangka perjalanan karirnya akan meroket seperti sekarang.
Terlebih di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Untuk sampai di titik ini, ada banyak perjuangan tantangan yang harus dia lewati hingga sukses menjadi peternak milenial dan membangun banyak bisnis lainnya di usia 28 tahun.
Baca juga: Program Petani Milenial Pemprov Jawa Barat Segera Merambah Sektor Ayam Pedaging
Sebelum mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan pemenuhan kebutuhan pangan bernilai halal dan lokal ini, Bayu pernah terlilit utang hingga kerugian yang mendekati 2 Miliar di bisnis properti pada 2015.
Sembari bekerja di perusahaan swasta, Bayu pun menjadi driver ojek online sambil beternak lele, sapi, dan ayam broiler untuk melunasi utangnya padahal ia lulusan S1 ITB.
Pada tahun 2016, dia pernah mencoba peruntungan baru di tempat kerja teranyarnya: Rumah Amal Salman ITB.
Meskipun pendapatannya tidak sebesar di tempat kerja yang lama, Bayu yakin bekerja di lingkungan masjid akan membantu banyak orang. Dia juga yakin jalan ini akan memberi kemudahan untuk melunasi utang-utangnya.

“Barulah tahun 2017, saya mulai beternak sapi. Karena saya kan anak kampung, hidup selalu berkaitan dengan desa. Sebelum ke Bandung, saya aktif di organisasi kemasyarakatan di desa saya di Garut,” kata founder Daya Desa Farm dan Desa Punya ini, Kamis (27/5/2021).
Ketika bekerja, Bayu pernah bertugas saat Idul Adha.
Baca juga: Bisa Hasilkan Jutaan Rupiah Perbulan, Ini Program Magang Bagi Petani Milenial Ternak Puyuh
Suatu hari ada konsumen yang membutuhkan sapi berbobot 1 ton. Kebetulan, ia sedang merawat sapi ternak berbobot 1 ton juga.
“Saya tawarkan kepada konsumen dan hasilnya bagus. Saya pun bertemu dengan investor yang punya satu misi, sehingga dibangunlah peternakan sapi ini,” ujar Bayu.
Alumni Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB ini mengakui jika desa memang memiliki potensi lumbung pangan yang besar dari hasil pertanian dan peternakan.
Akan tetapi, jika banyak pemuda dari desa yang pergi ke kota untuk mencari kerja, maka tidak akan ada regenerasi.
Akhirnya, potensi desa tidak akan bisa dimanfaatkan oleh penduduk lokalnya sendiri.
Oleh sebab itu, dia sadar jika pemuda desa harus bisa menciptakan lapangan kerja sendiri yang bisa memberdayakan desa sekaligus merangkai rantai perputaran bisnis agar kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal terjuwud.
“Ada banyak masalah yang saya hadapi ketika terjun ke lapangan. Salah satunya adalah banyaknya rantai pasok. Hal ini memutus keuntungan para peternak di desa. Artinya, cost yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan apa yang mereka terima. Cost yang ditekan membuat peternak harus mencari pakan seadanya. Hal ini akan berdampak pada kualitas daging ternak,” katanya.
Bayu pun menuturkan, daging ternak yang tidak berkualitas akan berefek pada manusia yang memakannya seperti mengundang penyakit dan memengaruhi perilakunya.
Baca juga: BPSDM Jabar Gelar Webinar Bertema Petani Milenial: Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia
Masalah lain yang harus Bayu hadapi adalah jaminan kualitas daging halal.
Pasalnya, peternakan berkaitan erat dengan kehalalan.
Peran penting peternak tidak hanya sekedar menjual saja, tapi juga harus memastikan dan menjamin hewan ternaknya sehat, berkualitas, dan disembelih dengan cara halal.
Sehingga, daging yang sampai di meja makan itu bisa dikonsumsi dengan baik guna terwujud makanan halal dan thayyib (baik).
“Intinya, harus kita kontrol from farm to table,” ujar Bayu.
Berdirinya PT. Daya Desa Asasta
Masalah peternakan yang Bayu hadapi di lapangan tidak membuatnya pantang mundur untuk memberikan yang terbaik bagi desa.
Karena itu, PT. Daya Desa Asasta berusaha untuk fokus di bidang peternakan dan pemenuhan kebutuhan pangan.
Selain dengan cara mengontrol from farm to table, perusahaan ini juga memberdayakan masyarakat lokal dengan memberikan binaan tentang cara beternak yang baik kepada para mitra.
Baca juga: Dukung Program Pembudidaya Ikan Milenial, Agro Jabar Siap Serap Hasil 55 Petani Milenial
Hingga saat ini, mitra binaan PT. Daya Desa Asasta sudah menjangkau Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Kami membina sekitar 45 mitra peternak sapi, 17 mitra peternak ayam dan 25 mitra peternak lele organik. Perusahaan ini juga punya 35 karyawan di level manajemen,” ujarnya.
Selain itu, Bayu terus mengembangkan banyak bisnis lainnya di samping peternakan.
Ia tengah menggarap bisnis F&B bernama Katuang, perkebunan sawit, dan media.
“Intinya, saya ingin menyemarakkan kalau beternak itu keren, lho. Buktinya, saya bisa keluar dari jeratan utang hingga lunas pada 2019, kemudian banyak membangun bisnis setelah 1 tahun beternak sapi,” katanya.