Jamin Stok dan Harga Kedelai, Ridwan Kamil koordinasi dengan Bulog dan Kementerian

Jangan sampai, kata Ridwan Kamil, para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat mogok produksi karena kenaikan harga  kedelai.

Tribun Jabar
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat menghadiri acara Data Science Weekend (DSW) via konferensi video di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Minggu (28/3/2021). 

Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian dan Bulog untuk menjamin stok kacang kedelai sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe di Jawa Barat.

Jangan sampai, kata Ridwan Kamil, para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat mogok produksi karena kenaikan harga  kedelai.

"Ini sudah saya antisipasi dan diskusikan dengan Kementerian Pertanian, memang secara geografis kita tidak cocok menanam hal-hal seperi itu secara maksimal ya," kata Ridwan Kamil di Kantor DPRD Jabar, Jumat (28/5/2021).

Koordinasi ini dilakukan, kata Gubernur, untuk menjaga kestabilan harga kedelai di pasaran sehingga produsen tahu dan tempe bisa membeli kedelai untuk produksinya dengan harga terjangkau.

"Yang penting keterjaminan dari Bulog, dari Kementan, harga di lapangan harus selalu terjangkau karena kasihan tukang tahu di mana-mana kalau begini," katanya.

KEMBALI PRODUKSI - Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9/2013). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara masal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari.
KEMBALI PRODUKSI - Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9/2013). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara masal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat pun terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak mengantisipsi penghentian produksi tempe tahu oleh produsen akibat tingginya harga kedelai impor.

Baca juga: Harga Kedelai Naik Hingga Pengusaha Tahu Ingin Mogok Produksi, Begini Kata Kadispangtan Purwakarta

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Eem Sujaemah, mengatakan sejak Januari 2021, Disperindag bersama Satgas Pangan, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.

Bersama, ucapnya, telah dilakukan untuk menahan tren kenaikan yang sudah terlihat sejak Desember 2020. Namun operasi pasar ternyata tak menutupi kebutuhan yang terus meningkat sementara pasokan kedelai impor makin susut.

“Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan importir lagi susah, Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka namun harganya mencapai Rp10.500-Rp10.700 per kilogram,” katanya di Bandung, Jumat (28/5/2021).

Menurut Eem, kedelai berbeda dengan komoditas lain mengingat masih mengandalkan impor. Masalah ini tidak hanya terjadi di Jabar, melainkan terjadi di seluruh Indonesia.

Saat ini, lanjut dia, Disperindag masih menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian terkait solusi agar kedelai  tidak langka.

KEMBALI PRODUKSI - Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9/2013). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara masal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari.
KEMBALI PRODUKSI - Slamet (47) membersihkan kacang kedelai yang sudah direbus saat akan memulai produksi tempe kembali setelah tiga hari mogok produksi di pabrik tempe Arema, Jalan Jakarta, Kota Bandung, Rabu (11/9/2013). Tiga hari mengikuti mogok produksi secara massal sebagai bentuk protes akibat belonjaknya harga kedelai, pakrik yang memproduksi tempe dengan bahan baku dua kwintal kedelai impor per hari itu harus merugi lebih dari Rp 500 ribu per hari. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Baca juga: Meski Harga Kedelai Naik, Sebagian Pengusaha Tahu Sumedang Tak Akan Mogok Produksi

Pihaknya juga memastikan bahwa dari informasi yang didapat dari Gakoptindo, tidak ada perintah agar produsen tempe dan tahu melakukan mogok produksi.

“Mungkin ada yang mogok produksi tapi tidak semuanya, pemerintah tidak tinggal diam kok,” tuturnya.

Salah satu solusi dari Gakoptindo agar para produsen adalah produsen tidak mogok produksi dan disarankan untuk menaikkan harga jual maksimal 30 persen.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved