Bisa Hasilkan Jutaan Rupiah Perbulan, Ini Program Magang Bagi Petani Milenial Ternak Puyuh
Program magang menjadi syarat utama yang harus dipenuhi petani milenial ternak puyuh
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat mengirim delapan petani milenial ternak puyuh untuk magang di Slamet Quail Farm (SQF) di Kabupaten Sukabumi selama tujuh hari.
Program magang menjadi syarat utama yang harus dipenuhi petani milenial ternak puyuh.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar Jafar Ismail mengatakan dengan program magang, petani milenial diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sebelum beternak.
Baca juga: BPSDM Jabar Gelar Webinar Bertema Petani Milenial: Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia
"Magang tahap pertama diikuti delapan peserta dari 33 yang lolos seleksi untuk komoditi burung puyuh. Selanjutnya tahap berikutnya dilaksanakan sesuai dengan kesiapan para calon petani milenial," kata Jafar melalui ponsel, Minggu (23/5).
"Magang ini merupakan syarat utama yang harus dilakukan oleh para petani milenial yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan," katanya.
Petani milenial di sektor peternakan yang berhasil lolos seleksi ada 66 orang.
Rinciannya, 33 orang komoditi burung puyuh dan 33 orang komoditi ayam pedaging.
Jafar menuturkan, selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, program magang diharapkan dapat mendorong petani milenial untuk mandiri dan profesional.
"Setelah magang para calon petani milenial mulai melakukan usaha peternakan mandiri yang didukung permodalan melalui kredit perbankan," ucapnya.
"Program petani milenial di bidang peternakan bukan hanya dibudidayanya atau mengembangkan ternak, tetapi juga pakan, pembuatan pupuk dan biogas dari kotoran ternak juga pengolahan hasil peternakan," katanya.
Pemda Provinsi Jabar menggagas Petani Milenial Juara untuk menarik minat generasi milenial membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan.
Petani Milenial Juara pun bertujuan menumbuh kembangkan kewirausahaan muda pertanian di Jabar.
Program Petani Milenial Juara ini tidak hanya mencakup bidang pertanian, tapi termasuk peternakan, perikanan, dan perkebunan. Jafar mengatakan, di sektor peternakan.
Baca juga: Dukung Program Pembudidaya Ikan Milenial, Agro Jabar Siap Serap Hasil 55 Petani Milenial
program tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan konsumsi protein hewani.
"Termasuk ternak puyuh yang bergizi tinggi dengan harga yang terjangkau. Selain itu, ternak puyuh juga tidak membutuhkan lahan besar, pemeliharaan mudah dan permintaan masih sangat tinggi sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah DaerahProvinsi Jawa Barat telah meluncurkan program Petani Milenial pada Maret 2021.
Selain untuk regenerasi, program inipun dilakukan untuk meningkatkan produktivitas generasi muda dari sektor tersebut.
Salah satunya dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Provinsi Jawa Barat dengan menyiapkan pembudidaya ikan milenial (PIM).
Setiap petani milenial yang dibina diproyeksikan meraup untung setidaknya Rp 4,42 juta per bulan.
Kepala Diskanla Jawa Barat Hermansyah mengatakan pihaknya telah menyeleksi 82 PIM yang sesuai dengan persyaratan yakni berusia 19-39, lulusan SMK perikanan atau mengenal inovasi teknologi bidang perikanan, serta memiliki pengalaman sebagai pembudidaya ikan atau generasi keturunan pembudidaya ikan.
Baca juga: Program Petani Milenial, Pembudidaya Lele di Jabar Diproyeksikan Meraup Rp 4,4 Juta Per Bulan
Sebelumnya ada ratusan pendaftar.
Dari jumlah tersebut, terdapat 44 PIM yang sudah memiliki lahan sendiri, sedangkan 38 lainnya tidak memiliki lahan (petani intensif) sehingga akan ditempatkan di sejumlah aset Diskanla Jawa Barat.
"Kami memastikan sudah menentukan komoditas yang akan dibudidayakan yakni ikan lele, nila, dan udang," katanya di Gedung Sate, Rabu (14/4).
Bagi yang memiliki lahan sendiri, menurutnya, akan memeroleh suntikan dana Rp 50 juta per orang yang bersumber dari KUR bank bjb.
Bagi pembudidaya ikan lele, modal kerja tersebut akan digunakan untuk pembuatan tiga kolam bioflok berdiameter 4 meter serta pengadaan 20 ribu benih, sedangkan bagi pembudidaya nila akan digunakan untuk membuat lima kolam bioflok berdiamater 4 meter serta 10 ribu benih.
Sedangkan untuk kelompok petani intensif, pihaknya telah menyiapkan lahan di empat lokasi seperti di Cijengkol, Kabupaten Subang (budidaya lele), dan Ciherang, Kabupaten Cianjur (nila). Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok.
Menurut Hermansyah, metode kolam bioflok dipilih karena bisa meminimalisasi pakan yang harus disediakan.
Baca juga: Kemenaker akan Bangun BLK Sektor Pertanian di Kabupaten Subang, Petani Milenial Harus Siap
Jika berhasil, masing-masing PIM diproyeksikan mendapat penghasilan Rp 5,62 juta per bulan untuk budidaya lele.
Menurutnya, budidaya lele akan panen setiap dua bulan sekali.
"Dalam setiap panen, dari jumlah benih itu setiap petani akan memeroleh laba Rp 11,25 juta. Adapun untuk budidaya nila, akan panen setiap empat bulan sekali. Dalam sekali panen nila, para petani muda ini diproyeksikan mendapat laba Rp 17,69 juta. Jadi setiap bulannya Rp 4,42 juta per bulan," ucapnya.
Sedangkan untuk budidaya udang, lanjut Hermansyah, pihaknya menyiapkan lahan di Cibalong, Kabupaten Garut bagi enam PIM.
Di atas lahan milik Diskanla Jawa Barat itu, kelompok tani tersebut akan memanfaatkan tambak seluas 1.300 m2 yang akan diisi 270 ribu benih udang.
Jika berhasil, masing-masing pembudidaya udang milenial ini diproyeksikan meraup untung Rp 7,1 juta per bulan.
Agar target itu tercapai, Diskanla Jawa Barat mendampingi PIM sejak awal, mulai dari pembekalan terkait analisa kelayakan dan penyusunan rencana kerja, pengenalan teknologi, hingga teknik pengemasan dan pemasaran.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pengawasan dan evaluasi langsung ke setiap PIM.
Lebih lanjut Hermansyah mengatakan saat ini masing-masing PIM sudah memulai aktivitasnya.
Bulan April ini masih tahap pengadaan sarana.
Baca juga: Program Petani Milenial, Komoditas Ini Menjajikan Disaat Pandemi Covid-19, Penjualan Online Naik
Untuk budidaya lele, dia memproyeksikan sudah bisa dipanen pada Juni, sedangkan untuk nila dan udang pada Agustus mendatang.
Sebelumnya juga, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat bersiap mengawali program Petani Milenial Juara yang akan diluncurkan Gubernur Ridwan Kamil di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/3).
Sebanyak 60 orang yang lolos budidaya ikan milenial akan mendapatkan sejumlah peluang usaha yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Jabar mulai dari penyediaan lahan, bantuan modal dari bank bjb, serta kepastian pemasaran dari offtaker yang siap membeli hasil panen petani milenial.
Kepala DKP Jabar Hermansyah mengatakan, ke-60 petani ikan milenial tersebut berasal dari ratusan pendaftar budidaya ikan milenial dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam budidaya ikan.
"Kami menyaring mereka mulai dari minat, pendidikan, dan juga pengalaman mereka dalam bidang budidaya ikan. Selain itu juga mereka harus menjalani pengecekan dari BI checking. Soalnya ada kaitannya dengan peminjaman modal dari BJB jangan sampai menambah risiko beban finansial calon petani milenial yang bersangkutan," ujar Herman di Bandung, Jumat (26/3).
Herman menjelaskan, dari 60 petani milenial yang terpilih terdiri dari dua kelompok.
Pertama, mereka yang mandiri atau yang sudah memiliki lahan sendiri.
Baca juga: Tanah Luas, Peluang Petani Milenial Kembangkan Usaha di Kabupaten Bandung Terbuka Lebar
Kedua, kelompok intensif yang tidak memiliki lahan.
Masing-masing kelompok mandiri sebanyak 24 orang dan sisanya 36 orang merupakan petani intensif budaya ikan milenial.
Dari 60 petani budidaya ikan tersebut masing-masing berbeda komoditas budidayanya yaitu lele, nila dan udang sesuai dengan permintaan offtaker.
Untuk kelompok petani intensif, kata Herman, DKP telah menyiapkan lahan di empat lokasi yang dekat dengan kantor cabang DKP di kabupaten/kota. Untuk nila ditempatkan di Ciherang (Cianjur) dan Wanayasa (Purwakarta).
Sementara lele di Cijengkol (Subang), serta udang di Cibalong (Garut).
"Mereka ditempatkan di lahan milik kami yang tidak terpakai.
Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok (kolam yang menggunakan terpal) dengan diameter 4 meter," kata Herman.
Namun untuk petani udang, perlakuannya berbeda dengan petani nila dan lele.
Mereka tidak diberikan fasilitas kolam biofolk, melainkan lahan tambak udang di Cibalong.
Baca juga: 6.000 Milenial Sudah Daftar Program 5.000 Petani Milenial Jawa Barat, Syarat Lolos Harus Seperti Ini
"Dari 36 petani intensif, lima orang di antaranya petani udang," kata Herman.
Menurut Herman, para petani milenial tersebut akan dibina dan diberikan kesempatan mengembangkan usahanya dengan durasi satu tahun.
Diharapkan mereka bisa berkembang dan mandiri usai menjalani program tersebut.
"Kalau berhasil, mereka pasti memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha mereka di tempat lain, tidak terus-terusan di sini. Kalau terus di sini berarti mereka tidak berkembang, " kata dia.
Herman menambahkan, untuk petani mandiri tambahan aset yang mereka peroleh dari pinjaman bank bjb akan menjadi hal milik mereka, sedangkan untuk petani intensif aset yang mereka bangun akan dikembalikan pada DKP selalu pihak yang meminjamkan lahan.
"Kami berharap mereka berhasil karena dalam satu tahun mereka dapat menghasilkan hingga empat kali siklus atau panen seperti lele dalam dua sampai tiga bulan bisa dipanen, nila dan udang tiga kali siklus panen atau tiga siklus," ucapnya.
Hingga saat ini milenial yang meminati tanaman pangan ada 1.010 orang.
Sementara hortikultura 951 orang.
Baca juga: Tanah Luas, Peluang Petani Milenial Kembangkan Usaha di Kabupaten Bandung Terbuka Lebar
Saat ini ada dalam posisi evaluasi akhir atau wawancara sampai tanggal 10 April 2021 nanti.
Program Petani Milenial Juara diharapkan bisa menahan laju urbanisasi.
Dengan prinsip tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia, diharapkan bisa memberikan kesempatan kerja pada anak muda korban PHK di masa pandemi.
Selain itu memberi tantangan bagi mereka yang baru lulus dari perguruan tinggi untuk turut berkontribusi memajukan perekonomian desa.
Peserta Petani Milenial diharapkan melanjutkan proses regenerasi petani sekaligus mengubah wajah pertanian Jawa Barat menjadi yang lebih modern, mandiri, produktif, dan berkelanjutan.
Selain perikanan, program ini juga mencakup bidang peternakan, perikanan, dan perkebunan.
Komitmen Bank bjb membantu Pemda Provinsi Jabar tak perlu diragukan lagi.
Selain membantu menyukseskan program Petani Milenial Juara, Bank bjb juga terus mendorong kultur pembayaran digital di masyarakat.
Diharapkan ini dapat meningkatkan inklusi keuangan masyarakat melalui digitalisasi perbankan dengan menggunakan big data untuk menyusun strategi pengembangan produk dan layanan digital.
Salah satunya adalah mendorong digitalisasi penerimaan pajak pemerintah daerah melalui teknologi Quick Response Code Indonesia Standar (QRIS).