Cerita Nelayan Mundu Cirebon yang Nekat Mudik Lewat Laut, Ongkos Bus Mahal dan Lewat Jalan Tikus
Puluhan kapal nelayan tampak berjejer di sepanjang muara sungai Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jumat (30/4/2021).
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Giri
Hasan mengakui, saat ini hasil tangkapan rajungan tidak sebanyak biasanya karena belum memasuki musimnya.
Sejak kira-kira 20 hari lalu ia mencari rajungan di perairan Jakarta, hanya mendapat lima hingga 10 kilogram rajungan per hari.
Karenanya, pihaknya memilih pulang ke Cirebon menggunakan kapal mengingat hasil laut yang didapat tidak banyak.
"Sekarang ongkos bus mahal, apalagi ada berita mengenai penyekatan, sehingga kami memilih pulang naik kapal," kata Hasan Basri.
Menurut dia, hasil penjualan rajungan selama melaut di Jakarta hanya mencapai Rp 1 jutaan.
Sementara ongkos bus saat ini bisa mencapai Rp 300 ribu, karena jalur arteri disekat sehingga harus melalui jalur tikus yang cenderung memutar.
Hasan menyampaikan, para nelayan lebih memilih pulang menggunakan kapalnya masing-masing demi menghemat biaya transportasi.
"Kalau ongkos bus di hari biasa hanya Rp 60 ribu per orang, sekarang jadi mahal karena penyekatan," ujar Hasan Basri.
Ia mengungkapkan, perjalanan Jakarta-Cirebon memakan waktu hingga dua hari dua malam.
Mereka tiba di perairan Cirebon pada akhir pekan lalu setelah mengarungi laut utara Jawa menggunakan kapal yang biasa dipakai untuk mencari rajungan.
Saat itu, kata Hasan, rombongan kapal nelayan asal Desa Bandengan menempuh perjalanan laut untuk mudik ke kampung halaman.
Namun, ia memastikan kala itu tidak ada orang luar yang turut serta dalam rombongan tersebut.
"Semuanya nelayan Desa Bandengan yang biasa mencari hasil laut di perairan Jakarta, dan memang sehari-harinya juga sering berbarengan," kata Hasan Basri. (*)