Masjid Agung Ciamis
Beduk dan Kohkol Masjid Agung Ciamis Peninggalan Kanjeng Dalem, Usianya Lebih dari Satu Abad
Masjid Agung Ciamis dibangun tahun 1882 oleh bupati ke-16 Galuh, RAA Kusumadiningrat (1839-1886), yang saat itu tengah menata Kampung Cibatu.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Hermawan Aksan
Ukuran beduknya panjang 1,5 meter dan diameter 1 meter. Panjang kohkol 2,5 meter.
Keduanya terbuat dari kayu jati.
Sewaktu Masjid Agung Ciamis diserbut gerombolan DI/TII tahun 1958, beduk dan kohkol tersebut luput dari kobaran api.
Di kayu badan beduk terdapat huruf Arab gundul hasil pahatan yang artinya kira-kira keselamatan untuk semua.
Dulu saat masih rutin berfungsi, kulit beduk diganti setahun sekali setiap menjelang Idulfitri.
Sebelum ada pengeras suara, beduk dan kohkol merupakan alat utama untuk memberitahukan datangnya waktu salat.
Ditabuh sebelum azan dikumandangkan oleh muazin.
Setelah ada pengeras suara (toa), beduk dan kohkol hanya dipakai setiap hari Jumat, sebagai tanda masuknya waktu salat Jumat, sebelum khatib naik mimbar. Ditandai dulu dengan tabuhan beduk dan kohkol.
“Tetapi setelah Mang Ocid (marbut Masjid Agung Ciamis) meninggal (tahun 2019), tidak ada lagi tabuhan beduk dan kohkol waktu jumatan,” katanya.
Tapi yang pasti beduk dan kohkol tua usia lebih dari satu abad peninggalan Kanjeng Dalem tersebut kini masih terawat di lantai 2 Masjid Agung Ciamis. (*)
Foto:
Lebih dari satu abad – Beduk dan kohkol peninggalan Kanjeng Dalem yang usianya lebih dari satu abad masih tersimpan di lantai 2 Masjid Agung Ciamis. Dari bentuk asli Masjid Agung Ciamis yang diresmikan tahun 1902, kini yang tersisa hanya tinggal beduk dan kohkol tersebut. Seorang penjaga Masjid Agung Ciamis memperlihatkan beduk dan kentongan bersejarah tersebut (foto/tribunjabar/andri m dani)