Kisah Penambang Batu di Kuningan, Kerja Keras Tanpa Alat Pengaman, Hasilnya Dibagi Tiga

Seorang penambang batu di Kuningan harus bekerja keras untuk membelah batu dan memenuhi target yang hasilnya dibagi tiga

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Siti Fatimah
Ewo salah seorang penambang batu saat ditemui di lokasi pertambangan kawasan Situ Popojok, Desa Cileuleuy, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. 

TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN - Usaha sebagai penambang batu memang tidak banyak dilakukan warga di Kuningan. Namun  profesi demikian justru berbalik lurus dengan  sejumlah warga di Desa Cileuleuy, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.

Minggu sore (28/3/2021), Ewo salah seorang penambang batu saat ditemui di lokasi pertambangan kawasan Situ Popojok di desa setempat mengatakan, usaha penambangan batu bagi warga Kampung 1 Desa Cileuleuy memang hampir mendominasi.

"Setiap harinya jumlah penambang batu kaya saya, ada lebih 50 orang," kata Ewo disela istirahat saat memahat bongkahan batu.

Baca juga: Mudik Dilarang, Perbatasan Cianjur Bakal Dijaga Ketat Petugas

Ewo mengaku menjadi penambangan batu itu sejak menikah dan menjadi warga Desa Cileuleuy.

"Sebelumnya saya asli Desa Jalaksana dan semenjak nikah dengan orang sini, usaha saya nambang batu kaya begini," katanya.

Usaha sebagai penambang batu, kata dia tidak hanya mengandalkan otot saja.

Melainkan ada teknik tertentu dalam melakukan pembelahan  bongkahan.

Baca juga: Satu Pemotor Alami Luka Berat Tertimpa Pohon Tumbang di Lebak Gede Bandung, Tujuh Kios Jadi Korban

"Teknik belah batu ukuran besar itu tidak lepas dari martil dan pahat sebagai pendukung kerja. Dari martil saja bobotnya berbeda - beda dan digunakan sesuai dengan aturan main," katanya.

Misal untuk bongkahan batu berukuran serumah itu, kita hajar pakai martil dengan bobot hampir 10 kilo dan setelah di susul dengan pahat untuk memudahkan pada pembelahan batu," katanya.

Dari pengamatan Tribun di lokasi pertambangan  tidak terlihat sama sekali perlengkapan keamanan kerja.

Seperti helm atau seragam keselamatan kerja lainnya.

Baca juga: Parkir Berlangganan di Sumedang Mulai 1 April 2021, Mobil Per Tahun Rp 100 Ribu, Motor Rp 50 Ribu

"Ya, kita bekerja hati - hati saja. Ini juga lahan perorangan dan saat berhasil mengumpulkan batu serta siap jual. Ini ada aturan mengikat antara tukang batu, kendaraan pengangkut dan pemilik lahan," katanya.

"Dari ukuran banyak batu dalam muatan satu damtruk itu bersih mendapat Rp 250 ribu," katanya.

Dalam meraih keuntungan hingga sebanyak Rp 200 ribu,  Ewo mengaku harus kerja keras dan tidak banyak berhenti alias istirahat.

"Iya ini kan kerja sendiri dan kalau ingin dapat uang banyak harus lebih rajin lagi. Karena tidak semua penambang batu dalam dua hari mendapat uang Rp 250 ribu. Sebab unutuk memelah batu itu suka ada kendala, Sehingga harus dibutuhkan teknik," kata Ewo yang memiliki dua anak.

Hitungan kotor banyaknya batu untuk satu mobil damtruk ini seharga Rp 450 ribu.

"Dibagi pengangkut Rp 100 ribu dan dibagi ke pemilik lahan Rp 100 ribu, ada sisa Rp 250 ribu itu bersih hak kita dari nambang batu," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved