Gempa Bumi

Tinggal di Wilayah Rawan Gempa Bumi, Apa yang Harus Kita Lakukan? Ini Bisa Dipersiapkan

Sebagai negara rawan gempa, meminimalisasi risiko gempa bumi dapat dilakukan dengan pendekatan mitigasi struktural.

istimewa
gempa bumi (ilustrasi) 

TRIBUNJABAR.ID - Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki banyak ancaman bencana, salah satunya adalah ancaman gempa bumi.

Banyak wilayah di indonesia yang masuk dalam wilayah rawan gempa bumi.

Tak sedikit pula gempa bumi yang terjadi di wilayah Indonesia

Dilansir dari Kompas.com, berbagai upaya mitigasi bencana pun dilakukan karena negara ini rawan gempa.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, meminimalisasi risiko gempa bumi dapat dilakukan dengan pendekatan mitigasi struktural.

"Kalau gempa itu enggak usah banyak rencana, pokoknya wujudkan bangunan rumah tahan gempa sesuai aturan yang ada (mitigasi struktural)," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/8/2019).

Daryono mengatakan, jatuhnya korban saat gempa biasanya karena bangunan yang rubuh.

"Gempa itu menjadi human interest kalau ada (bangunan) yang roboh, korban luka, korban meninggal.

Dalam konteks ini, gempa tak pernah membunuh orang, yang membunuh adalah bangunan rumahnya," ujar dia.

Baca juga: Jakarta tidak Hanya Akrab dengan Banjir, tapi Juga Berpotensi Terancam Gempa Bumi Mahadahsyat

Contohnya, lanjut Daryono, peristiwa dua gempa dengan perilaku dan kondisi geologi serupa, yaitu gempa di Yogyakarta pada 2006 dan gempa di Suruga, Jepang pada 2010.

"Pembangkitnya (dua gempa itu) sama-sama sesar aktif. Yang beda bangunan rumahnya.

Rumah di Jepang sudah mengadopsi bangunan tahan gempa, di Indonesia belum," papar dia.

Gempa di Yogyakarta dan di Jepang sama-sama mempunyai kekuatan 6,4 magnitudo dan berada pada kedalaman 10 meter.

Gempa di Yogyakarta menyebabkan ribuan orang meninggal, sementara di Jepang hanya satu orang.

"Ini sebagai contoh nyata. Niat untuk menyelematkan masyarakat kita dari daerah gempa (yaitu) mendirikan bangunan tahan gempa, tidak ada lainnya lagi," ucap Daryono.

Guncangan Besar

Daryono mengungkapkan, selain mitigasi struktural, masyarakat juga harus paham mitigasi ketika gempa bumi terjadi.

Saat guncangan besar terjadi, mengelola rasa panik menjadi satu hal penting.

Baca juga: Hampir 500 Orang Positif di Subang Hari ini, Klaster Pesantren Penyumbang Kasus Positif Terbanyak

"Masyarakat kalau di dalam rumah, goncangannya besar jangan paksa lari keluar.

Tunggu guncangannya selesai. (Berlindung dengan cara) cari barang apa saja yang bisa melindungi badan kita," papar Daryono.

Hal ini dilakukan karena saat gempa, tubuh akan mengikuti gerak tanah.

"Kalau gempa besar, enggak bisa kita jalan atau merangkak. Lempar sana lempar sini (terombang-ambing).

Belum lagi rak buku ambruk, telivisi jatuh, semua mencelat semua. Bisa saja pintu enggak bisa dibuka karena terkunci," lanjut dia.

Tsunami

Gempa bumi yang berpusat di laut juga dapat memicu potensi gelombang tsunami.

Mengenai hal ini, Daryono mengatakan, evakuasi mandiri menjadi hal penting yang harus segera dilakukan.

Baca juga: Hobi Mulung, Usaha Thrift Shop Ini Mampu Meraup Jutaan Rupiah, Intip Yuk Triknya

Jika gempa terasa di daerah dekat pantai terutama pantai rawan tsunami, maka masyarakat tak perlu menunggu peringatan yang dikeluarkan oleh BMKG atau instansi resmi lainnya untuk menyelamatkan diri.

"Harus diperkuat evakuasi mandiri di pantai-pantai yang rawan tsunami.

Harus ada sosialisasi yang menyeluruh dan berkelanjutan. Kemudian diadakan jalur-jalur evakuasi mandiri di berbagai pantai yang rawan tsunami," ujar Daryono.

Penataan ruang di sekitar pantai rawan tsunami juga harus diperhatikan.

Selain itu, tidak disarankan mendirikan bangunan di dekat bibir pantai rawan tsunami.

Baca juga: Alur Cerita Disebut Makin Beda, Rating Anjlok? Kelanjutan Ikatan Cinta Terancam?

Jika memang akan membuat bangunan, usahakan setidaknya berjarak 400 meter dari pantai.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Gempa Kerap Guncang Indonesia, Apa yang Bisa Kita Lakukan?"

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved