Perajin Gamelan
Pembuat Gamelan Sunda Ini Tetap Berkarya, Bertahan Demi Keluarga, Pesanan Datang dari Dalang
Pembuat Gamelan Sunda Ini Tetap Berkarya, Bertahan Demi Keluarga, Pesanan Datang dari sanggar, dalang, sekolah.
Saat ditemui di bengkelnya, di Babakan Muslimin RT 03/06, Keluarahan Mekarwangi, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Evi sedang mengerjakan kendang yang merupakan pesanan dari pelanggannya.
Dia membuat kedang tergantung dari pesanan. "Saya menyediakan stok kalau ada konsumen yang ingin kendangnya cepat selesai," katanya, Jumat (12/2).
Harga kendang Evi bervariasi, yang biasa harganya Rp 1,5 juta per set. Satu setnya terdiri dari satu kendang besar dan dua kendang kecil.
Kendang yang harganya segitu terbuat dari kayu nangka, mangga, atau jengkol.
Adapun kendang yang bagus haragnya bisa lebih mahal. Dan bahannya menggunakan kayu nangka.
"Harganya tergantung kualitas kayu dan kulit," katanya.
Untuk kendang yang biasa dipakai untuk pentas bahannya harus menggunakan kayu nangka. "Itu pun kayu nangkanya harus yang bagus," katanya.
Kulit yang digunakan oleh Evi untuk kendangnya adalah kulit kerbau. Dia membelinya per lembar dari Cianjur.
Pembuat Gamelan Ini Sehari Mampu Buat Tiga Pangkon Ancak
Sehari Sunyoto bisa mengukir tiga pangkon ancak. Adapun untuk satu set gamelan, pria ini bisa menyelesaikannya dua mingguan.
"Itu kalau dikerjakan sendirian. Kalau pemesanya pengin cepat-cepat selesai, terpaksa saya panggil anak-anak (pegawai)," kata Sunyoto sambil tetap mengukir pola yang telah digambar di kayu mahoni.
Untuk alat ukirnya seperti pahat, Suryoto harus membelinya ke Jepara. "Di Bandung mah tidak ada kalau pahat yang seperti ini," katanya.
Di bengkelnya pun terdapat mesin untuk mebuat bolong di ukirannya. Suryoto mulai menggunakan mesin pembolong sejak 1995.
"Sebelumnya pakai cara manual, ditatah dan membutuhkan waktu lama," katanya.
Menurutnya, pola ukirnya tidak ada aturan. Bebas, katanya, tergantung pada keinginan pemesannya.
Kekuatan gamelan buatan Suryoto tergantung bahannya.
"Bisa juga pakai kayu jati, namun harganya lebih mahal," katanya. (januar p hamel)