Syam Permana, Lagunya Dinyanyikan Ine Sinthya hingga Inul Daratista, Hidup Nestapa Jadi Pemulung
Pencinta musik dangdut pasti sudah tidak asing dengan sejumlah penyanyinya, seperti Ine Sinthya, Mega Mustika
Penulis: Fauzi Noviandi | Editor: Ichsan
Laporan Kontributor Tribun Jabar Kota Sukabumi, Fauzi Noviandi
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Pencinta musik dangdut pasti sudah tidak asing dengan sejumlah penyanyinya, seperti Ine Sinthya, Mega Mustika, Imam S Arifin, Joni Iskandar, hingga Inul Daratista.
Inul Daratista, misalnya terkenal dengan lagu berjudul Terima Kasih, Ine Sinthya dengan lagu Surga jadi Neraka, Jhony Iskandar lagu Memori Pantai Carita, hingga Imam S Arifin lagu Benalu Cinta.
Namun di balik kesuksesan para artis itu dengan lagunya tersebut, ada seseorang yang mungkin sudah terlupakan.
Dia adalah Syamsudin atau sering disebut Syam Permana. Seorang pencipta lagu yang berada di balik panggung dan mengantarkan sejumlah artis dangdut ternama di Indonesia menjadi terkenal.
Kini Syam Permana berusia 58 tahun dan tinggal di Kampung Babakan Jawa RT 42/18 Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi.
Ia tinggal bersama istri dan dua orang anak yang masih duduk di bangku SD dan SMP.
Di balik riuhnya kesuksesan para penyanyi dangdut yang hidup serba berkecukupan, sang pencipta lagu yakni Syam Permana hidup dengan segala keterbatasan.
• BREAKING NEWS: Ketum Demokrat AHY Tuding Istana Ingin Menggulingkan, Surati Jokowi Minta Jawaban
Di masa pandemi saat ini, kedua anaknya yang masih sekolah itu untuk mengikuti pembelajaran secara daring dan luring tidak memiliki handphone.
Bahkan ia sempat ditolak pihak sekolah ketika akan membawa soal pelajaran untuk anaknya karena masih memiliki tunggakan ke sekolah.
Syam Permana tinggal di rumah warisan mertuanya yang berukuran sekitar 80 meter persegi.
Kondisi atap rumahnya sudah berlubang disana-sini. Dapurnya berlantaikan tanah dan toiletnya berada di luar rumah.
Untuk mencukupi biaya hidup keluarga dan membiayai kedua anaknya yang masih sekolah, Syam Permana bekerja serabutan sebagai kuli bangunan, buruh tani, hingga memungut kayu bakar untuk dijual ke pabrik tahu.
Bahkan sekarang di tengah pandemi ini dengan tubuh kurus dan rambut yang terlihat acak-acakan, ia beketrja sebagai pemulung.
Mencarin dan mengumpulkan barang bekas untuk dijual ke pengepul.