Harga Kedelai Naik, Produksi Perajin Tahu Cibuntu Ini Malah Bertambah

Harga kedelai naik sempat membuat kelabakan para perajin tahu dan tempe. Termasuk juga Supardi. Perajin tahu di Cibuntu itu pun, merasakan dampaknya.

Penulis: Cipta Permana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/Cipta Permana
Perajin di sentra tahu Cibuntu, Supardi (56). 

Harga kedelai naik sempat membuat kelabakan para perajin tahu dan tempe. Termasuk juga Supardi. Perajin tahu di Cibuntu itu pun, merasakan dampaknya.

Namun, kata Supardi, harga kedelai yang naik, tidak lebih parah jika dibandingkan dengan melambungnya harga garam saat 2017.

Saat itu, katanya, selain harga yang tinggi, ketersediaan barang pun sulit. Adapun saat harga kedelai naik, meski harga naik, barang tetap tersedia.

Perajin di sentar tahu Cibuntu, Supardi (56) dan istrinya Lilis Sudiarti.
Perajin di sentar tahu Cibuntu, Supardi (56) dan istrinya Lilis Sudiarti. (Tribun Jabar/Cipta Permana)

Meski demikian, kondisi harga kedelai naik tetap berpengaruh pada usahanya.

Menurutnya perajin tahu harus menyiasati berbagai cara agar tidak ditinggal pembeli.

Supardi memilih menaikkan harga jual tahu dibandingkan mengikuti jejak perajin lain yang mengecilkan ukuran tahu.

"Karena harga kedelai mahal, biasanya kami ambil kedelai 3-4 kuintal, sekarang cuma 2,5 kuintal," katanya.

Supardi menambahkan, pascaaksi mogok produksi dan berjualan tahu pada 3-5 Januari, memberikan keberkahan bagi dirinya, yaitu kenaikan permintaan produksi.

"Dulu sebelum kenaikan harga kedelai usaha saya bisa produksi sampai 100 papan (1 papan = 100 buah tahu)," katanya.

Baca juga: Tahu Cibuntu, Produksinya Pernah Terganggu Gara-gara Garam, Bahkan Ada Perajin yang Bangkrut

Berkah Harga Kedelai Naik

Menurut Supardi, sekarang setelah sosialisasi kenaikan harga, permintaan tahu kepadanya mencapai 180 papan per hari.

"Pembeli juga sudah pada ngerti kalau harga tahu naik," ujarnya.

Menurut Ketua Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Kota Bandung, Asep Nurdin, aksi mogok mereka tidak berdampak padapenurunan harga kedelai impor.

Asep mengatakan, saat ini, harga kedelai impor Amerika merek Bola, yang selama ini digunakan para perajin tahu dan tempe, masih berada di angka Rp. 9.200 per kilogram.

Bahkan, katanya, diprediksi akan kembali naik dalam beberapa waktu mendatang.

Menurut Asep, aksi mogok massal kemarin itu sebenarnya upaya sosialisasi akan ada kenaikan harga tahu dan tempe.

Baca juga: Sentra Tahu Cibuntu, Bertahan Berkat Resep Leluhur, Pakai Kedelai Impor Berkualitas

"Dan penyesuaian bentuk ukuran, dampak kenaikan harga bahan baku," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Jumat (22/1).

Menurut Asep, kenaikan tersebut dimaklumi oleh masyarakat. Masyarakat, katanya, sekarang sudah tahu bahwa tahu dan tempe harganya mulai naik.

Menurutnya, dampak mogok nasional itu pun, membuat pemerintah kembali memperhatikan kebutuhan pokok dari para perajin tempe dan tahu.

Pemerintah, katanya, berencana mengaktifkan kembali swasembada kedelai lokal, melalui upaya penanaman kedelai lokal di wilayah Sulawesi.

"Diinisiasi oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bersama para investor," katanya.

Baca juga: Ada Bisnis Angkut Peti Jenazah Korban Covid-19 di Cikadut, Namanya Tim Jasa Pikul Covid-19

Asep menambahkan, bentuk kepedulian pemerintah lainnya yaitu, menekan para importir kedelai untuk dapat menyediakan kebutuhan kedelai sebanyak 317 ribu Ton dalam kurun waktu 100 hari.

"Itu sama dengan 12,5 persen dari kebutuhan kedelai Indonesia dalam setahun," katanya.

Bahkan pemerintah pun meminta para importir menurunkan harga jual kedelai di tingkat perajin menjadi Rp 8500 per kilogram.

Meski telah terjalin komitmen, namun hingga saat ini, rencana tersebut, katanya, belum terealisasikan. (cipta permana)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved