Tahu Cibuntu, Produksinya Pernah Terganggu Gara-gara Garam, Bahkan Ada Perajin yang Bangkrut

BERDASARKAN sumber literatur yang diperoleh Tribun Jabar, Kampung Tahu Cibuntu terbentuk oleh seorang pekerja migran Tiongkok bernama Babah Mpe.

Penulis: Cipta Permana | Editor: Januar Pribadi Hamel
Tribun Jabar/Cipta Permana
Perajin di sentra tahu Cibuntu, Supardi (56). 

BERDASARKAN sumber literatur yang diperoleh Tribun Jabar, Kampung Tahu Cibuntu terbentuk oleh seorang pekerja migran Tiongkok bernama Babah Mpe.

Saat itu, Babah Mpe mendirikan sebuah rumah produksi tauhu (bahasa Hokkian atau Mandarin), yang merupakan makanan dari kedelai fermentasi pada 1937-1947.

Meski menjadi satu-satunya produsen tahu di wilayah itu, bisnis Babah Mpe tidak serta merta diikuti warga sekitar.

Perajin di sentar tahu Cibuntu, Supardi (56) dan istrinya Lilis Sudiarti.
Perajin di sentar tahu Cibuntu, Supardi (56) dan istrinya Lilis Sudiarti. (Tribun Jabar/Cipta Permana)

Untuk kelanjutan usaha, Babah Mpe mempercayakannya kepada pegawai setianya yang merupakan pribumi. Babah Mpe sendiri kembali ke negeri asalnya pada 1950-an.

Usaha itu pun dilanjutkan oleh anak cucu dari pribumi tersebut hingga saat ini.

Beberapa sumber lain menyebut, pendiri rumah produksi tahu pertama di Kota Bandung adalah Ko Aseng.

Dia mendirikan pabrik tahu Yun Yi di kawasan Andir yang masih berdiri hingga sekarang.

Baca juga: Bek Persib Bandung Siap-siap Hengkang, 5 Klub Luar Negeri Sudah Mengantre

Secara tidak langsung pabrik Yun Yi menjadi salah satu faktor utama berkembangnya bisnis tahu di Cibuntu.

Sebelum kemerdekaan banyak masyarakat Cibuntu yang menggantungkan hidup sebagai pegawai pabrik Yun Yi.

Ilmu dan keahlian dalam meracik tahu didapat dari Yun Yi dan menjadikan beberapa warga lantas mendirikan pabrik mandiri di Cibuntu.

Hingga berdiri kurang lebih 100 pabrik tahu rumahan di kawasan Cibuntu.

Seiring perkembangan zaman dan beberapa faktor lainnya, jumlah perajin tahu di Sentra Tahu Cibuntu terus berkurang.

Kini, hanya bertahan kurang lebih tujuh pabrik tahu saja.

Baca juga: Dentuman Misterius Terdengar di Bali, BMKG Sebut Ada Anomali

Dalam upaya menelusuri kebenaran jejak sejarah tersebut, wartawan Tribun Jabar mencoba mengungkapnya dengan mencari informasi dari perajin tahu cibuntu yang masih bertahan hingga kini.

Perajin tersebut adalah Supardi (56). Supardi megaku sudah 40 tahun menekuni bisnis membuat tahu.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved