Longsor Sumedang
Sebagian Warga Perum SBG yang Terdampak Longsor Cimanggung Tolak Relokasi, Minta Perkuat Tebing
Sejumlah warga Perumahan Satria Bumintara Gemilang (SBG) menolak untuk direlokasi meskipun wilayahnya rawan longsor.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Hermawan Aksan

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Sejumlah warga Perumahan Satria Bumintara Gemilang (SBG), Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, yang terdampak longsor menolak untuk direlokasi meskipun wilayahnya rawan longsor.
Perumahan SBG itu berada tepat di atas Perumahan Pondok Daud yang saat ini sudah tertimbun longsor sehingga sejumlah rumah warga di SBG terancam tergerus longsor, terutama yang dekat dengan lereng.
Seorang warga Perumahan SBG Blok BA 8, Ela Yuningsih (44), mengatakan, keluarganya tidak ingin pindah atau direlokasi karena sudah puluhan tahun dan sudah merasa betah tinggal di rumah tersebut.
Baca juga: Sampai Siang Ini, Tim SAR Gabungan Temukan 3 Jenazah Perempuan Korban Longsor Cimanggung
Baca juga: Usai Antar Bantuan Korban Longsor, Pemuda Ini Dihadang dan Tewas Ditikam, 42 Orang Diamankan
"Saya ingin tetap di sini, tapi kalau ada bantuan dari pemerintah untuk dibangun rumah baru, mendingan biayanya untuk memperkokoh lereng dengan tembok penahan tebing," ujarnya saat ditemui di Posko Pengungsian SBG, Minggu (17/1/2021).
Ela menyadari betul bahwa perumahan tersebut memang zona merah dan rawan longsor, tetapi jika lerengnya dibangun TPT yang sangat kokoh, pasti lokasi tersebut akan aman dari bencana longsor.
"Kalau pindah, anak sekolah jadi jauh, dan jujur saja kita juga harus melakukan renovasi lagi. Jadi saya tidak setuju, mending itu lerengnya diperkokoh dan dipatenin," kata Ela.
Penolakan relokasi juga datang dari warga Perum SBG Blok BA 6, Rida Juwita (51).
Hal itu karena dirinya memiliki 4 rumah di SBG, sedangkan rencana Pemkab Sumedang hanya memberikan satu rumah untuk satu KK.

"Saya, kan, punya 4 (rumah) satu keluarga, 3 rumah dikontrakkan. Kalau hanya 1 KK, kan, saya yang rugi. Tapi walaupun digantinya per nomor, saya juga gak mau karena harus renovasi lagi," ucap Rida.
Menurutnya, dengan solusi seperti itu, Rida bakal mengalami kerugian yang sangat besar karena 4 rumah mikiknya sudah kokoh dari hasil renovasi.
"Jadi lebih baik lereng diperkuat saja pakai benteng, pemerintah pasti lebih tahu. Intinya saya menolak relokasi," katanya.
Namun, Nana Sutiana (51) setuju dengan rencana relokasi tersebut karena rumahnya hanya berjarak 27 meter dari lokasi lereng yang longsor dan rumahnya juga sudah mengalami kerusakan.
"Kalau demi keselamatan, insyaallah saya setuju karena kalau ada apa-apa di sana saya takut juga. Daripada keluarga saya hilang nyawa, ya lebih baik direlokasi," kata Nana.
Diberitakan Tribun Jabar sebelumnya, permukiman di area longsor tepatnya di kawasan Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, bakal dikosongkan secara permanen setelah kejadian longsor besar menerjang kawasan tersebut.
Rencana itu berdasarkan hasil kajian ahli geologi sekaligus instruksi dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Sehingga, warga terdampak akan dibangunkan rumah tinggal permanen sebagai pengganti rumah mereka yang harus dikosongkan.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, mengatakan, untuk membangun rumah permanen warga terdampak longsor tersebut diperkirakan akan membutuhkan anggaran sebesar Rp 200 miliar.
"Diperlukan anggaran sekitar Rp 200 miliar untuk membangun hunian tetap bagi warga yang direlokasi, dan anggaran untuk jangka pendek sebesar Rp 6 mliar," ujar Dony.
Hanya saja, kata Dony, untuk membangun hunian tetap bagi warga terdampak itu membutuhkan anggaran dan penyiapan lahan yang tidak sebentar, tetapi warga terdampak dipastikan akan direlokasi sementara dengan anggaran Rp 6 miliar.
Namun demikian, untuk menentukan berapa banyak rumah yang dibangun, Pemkab Sumedang harus memutakhirkan data korban longsor. Sampai saat ini, jumlah korban yang terdampak longsor masih terus bergerak.
"Data sementara ada 267 kepala keluarga dengan 1003 jiwa. Jumlah tersebut dimungkinkan akan terus bertambah karena pendataan masih berlangsung," katanya. (*)