Situs Megalitikum di Cianjur Ini Hampir Tenggelam Tertutup Rumput, Letaknya di Ciranjang
Situs megalitikum ini letaknya di Desa Kuta, Ciranjang, Cianjur. Sayang kondisinya tak terawat.
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: taufik ismail
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Sekilas peninggalan zaman megalitikum ini hanya terlihat seperti seonggok batu.
Hampir semua bagiannya tertutup rumput hijau yang tumbuh subur setinggi 20 sentimeter.
Sebuah pohon beringin besar berdiri tegak, seperti menaungi hamparan batu-batu berundak yang kini berserakan tak terawat.
Dua buah makam panjang berada di pinggir pohon beringin tersebut.
Baca juga: Rumah Sakit Penuh, Setelah Wisma Aruni, Pemkab Purwakarta akan Buka Mes BIC untuk Ruang Isolasi
Baca juga: Elsa Pura-pura Baik padahal Ingin Bongkar Masa Lalu Andin, Sinopsis Ikatan Cinta Malam Ini di RCTI
Satu makam berukuran empat meter dan satu lagi berukuran tujuh meter.
Peninggalan sejarah ini coba diobservasi dan dilaporkan ke cagar budaya kabupaten, provinsi, sampai ke pusat oleh polisi khusus cagar budaya.
Batu berundak yang hampir tenggelam tertutup rumput ini dikenal warga dengan sebutan Situs Kuta Pinggan.
Warga menyebut situs ini merupakan peninggalan tradisi megalitik yang berada di Kampung Kuta, Desa Ciranjang, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
Khawatir dengan peninggalan sejarah yang tak terurus, polisi khusus cagar budaya pun mengunjungi lokasi.
Mereka mulai mengukur dan melihat kondisi terkini dari peninggalan sejarah tersebut.
Setelah melakukan observasi, Polsus Cagar Budaya BPCB Banten, Nanang, mengatakan keberadaan batu berundak tersebut merupakan peninggalan tradisi megalitik.
Baca juga: Nikita Mirzani Pernah Terpapar Covid-19 Tapi Merasa Biasa Saja, Tidak Panik
Baca juga: Air Terjun Buatan Bojongsari, Objek Wisata Baru di Indramayu, Begini Penampakannya
Bentuknya merupakan sebuah bangunan berteras dengan sebuah menhir dari monolit di atasanya.
Penemuan ini pertama kali oleh Steinmetz dan saat itu juga dinyatakan sebagai peninggalan berupa makam Putra Pinggan.
Nanang mengatakan, bangunan berundak ini juga pernah ditemukan oleh Van der Hoop pada tahun 1932.
Bangunan berundak yang disusun dari batu-batu sungai ini berorientasi timur laut-barat daya.