Cerita Pasien Positif Covid-19, Awal Mula Terpapar, Gejala yang Dirasakan, dan Rahasia Kesembuhannya
Kasus positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya terus meningkat. Bagaimana awal gejalanya? Ini yang dirasakan
Penulis: Firman Suryaman | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Suryaman
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Kasus positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya terus meningkat. Bagaimana awal gejalanya? Ini yang dirasakan seorang pasien Covid-19 yang sudah sembuh.
Namanya Winda (19), warga Kampung Gunung Kialir, Kelurahan Setiajaya, Kecamatan Cibeureum.
"Awalnya aku tuh terserang demam selama dua atau tiga hari. Lalu hilang penciuman," kata Winda, saat ditemui di Puskesmas Kersanagara, Kamis (17/12).
Winda mengaku panik begitu merasakan tak bisa membaui apa pun. Ia kemudian meminta di swab test kepada orang tuanya.
"Hari itu juga aku langsung swab test mandiri dan ternyata hasilnya positif Covid-19. Orang tua langsung membawa aku ke rumah sakit (RSU dr Soekardjo, Red)," ujar Winda.
Baca juga: Kiper Arsenal Ini Bela Mikel Arteta: Yang Harus Disalahkan Para Pemain, Termasuk Saya
Melihat hasil swab test terkonfirmasi positif, petugas RSU langsung membawa Winda ke ruang isolasi Mitra Batik untuk mendapat perawatan.
"Jadi dari demam ke gejala penciuman hilang itu sekitar tiga hari. Tapi kondisi badan tetap sehat, karena memang aku masuk kategori positif tanpa gejala," kata Winda.
Awal penciumannya hilang, Winda mengaku panik, bahkan sampai menangis. Bayangan buruk terus menghantuinya.
"Makanya aku langsung minta di swab mandiri. Eh betul saja hasilnya positif. Aku terus menangis di rumah," ujar Winda mengenang.
Orang tuanya kemudian membawa Winda ke RSU dan akhirnya langsung menjalani perawatan di ruang isolasi gedung Mitra Batik.
"Setelah berada di ruang isolasi, aku mulai tenang karena ada tindakan-tindakan pengobatan, pemberian vitamin, berjemur serta berolah raga," kata Winda.
Baca juga: UPDATE Kondisi Ustaz Yusuf Mansur: Baca Seayat Aja Bisa Capeknya Minta Ampun
Selama 10 hari kondisinya tetap stabil, Winda akhirnya menjalani isolasi mandiri. "Saya sebenarnya sih sudah merasa yakin sembuh. Tapi hasil swab test terakhir masih belum ada," ujarnya.
Tak terasa sudah sebulan mendapat penanganan medis, mulai isolasi di RSU 10 hari serta isolasi mandiri lebih dari dua minggu, Winda akhirnya mendapat undangan Puskesmas Kersanagara untuk mendapatkan surat keterangan sehat.
"Aku sekarang lega sudah dinyatakan sembuh walau hasil swab test terakhir belum turun. Tapi kata dokter, kalau masa dua minggu sudah lewat dan kondisi tubuh sehat, berarti sudah negatif. Makanya diberi surat keterangan sehat," kata Winda.
Dokter Puskesmas Kersanagara, dr Isni Lestari, membenarkan pernyataan Winda bahwa jika lebih dari dua minggu kondisi kesehatan tetap stabil dan malah meningkat berarti sudah negatif.
"Jadi seorang pasien Covid-19 dinyatakan sembuh itu tidak hanya berdasar hasil swab test yang menyatakan negatif," ujar Isni.
Menurut juknis penanganan Covid-19 sesuai Kepmenkes nomor 413 tahun 2020, pasien Covid-19 tanpa gejala yang sudah melewati masa perawatan minimal dua minggu dan kondisinya tetap sehat bisa dinyatakan sembuh.
Baca juga: Ke Jakarta Harus Rapid Test Antigen, ke Bali Harus Swab Test, Bagaimana ke Jabar ? Ini Jawabannya
"Berdasarkan Kepmenkes inilah kami mengeluarkan surat keterangan sehat kepada sekitar 20 pasien positif Covid-19 tanpa gejala, warga Cibeureum, yang sudah lebih dari dua minggu menjalani perawatan dengan kondisi tetap sehat," ujar Isni.
Pemberian surat keterangan sehat pun, tambah Isni, agar mereka bisa beraktivitas kembali dan diterima kembali warga sekitar.
Winda pun sempat memberikan tips agar kondisi kesehatan cepat membaik selama masa perawatan di ruang isolasi.
"Selain disiplin meminum obat dan vitamin yang diberikan pemerintah, kita juga harus punya rasa optimis, riang gembira serta menjauhi perasaan yang bete-bete," ujar Winda.
Jangan lupa juga melaksanakan ibadah dengan baik. "Pokoknya yang penting perasaan optimistis bakal sembuh disertai banyak berdoa, insyaa Allah cepat sembuh," kata Winda.
Baca juga: Macam-macam Ucapan Hari Ibu 22 Desember yang Menyentuh, Pilih Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris
Pasien Covid-19 Carter Pesawat Pribadi dari Tasikmalaya ke Jakarta, Ingin RS Bagus, Ini Sosoknya
Seorang pasien positif Covid-19 di Kota Tasikmalaya diterbangkan ke Jakarta untuk penanganan lebih intensif di rumah sakit tipe A.
Penerbangan mencarter pesawat pribadi Maskapai Susi Air dari Bandara Wiriadinata, Kota Tasikmalaya, biaya atas tanggungan sendiri.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Titie Purwaningsari, membenarkan adanya pasien yang minta dirujuk ke rumah sakit tipe A di Jakarta menyarter pesawat pribadi.
Menurut Titie, pasien memerlukan penanganan cepat karena dia juga memiliki penyakit bawaan.
"Selain itu keluarga pasien banyak yang berdomisili di Jakarta, sehingga dirasa lebih maksimal jika ditangani di sana. Tidak hanya medis tapi juga support keluarga," ujar Titie.
Ia menambahkan, selama ini banyak pasien yang dirawat di RSU dr Soekardjo bertipe B yang harus dirujuk ke RSHS Bandung bertipe A.
"Di daerah kita, memang belum memiliki rumah sakit tipe A yang lebih lengkap, baik peralatan medis maupun tenaga dokter spesialisnya," kata Titie.
Baca juga: Bandung Masih Zona Merah Wali Kota Minta Warga Lakukan Ini Saat Natl dan Tahun Baru

Pemkot Tasikmalaya Sewa Hotel untuk Pasien Covid-19 Tanpa Gejala
Pemkot Tasikmalaya akhirnya menggunakan hotel untuk penanganan pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Selasa (15/12/2020) pagi ini rencananya pasien Covid-19 yang masuk daftar tunggu di IGD RSU dr Soekardjo mulai dipindahkan.
"Sekarang sudah resmi sebuah hotel di Jalan RE Martadinata menjadi tempat isolasi pasien Covid-19," kata Kepala Dinas (Dinkes) Kesehatan Kota, Uus Supangat, Senin (14/12/2020) malam.
Pasien Covid-19 yang akan dirawat di hotel terutama yang berstatus positif tanpa gejala. Sedang positif bergejala tetap harus di ruang isolasi RSU.
"Kami sudah mengadakan pembicaraan dengan manajemen hotel tersebut, dan akhirnya disepakati dijadikan tempat isolasi pasien tanpa gejala," ujar Uus.
Ia menyebutkan, hotel yang cukup representatif tersebut berkapasitas sekitar 60 kamar.
"Rencananya Selasa ini mulai akan dihuni para pasien Covid-19 tanpa gejala dengan penanganan full dari Dinkes, terutama tenaga medis," kata Uus.
Dengan penggunaan hotel tersebut, tambah Uus, jumlah daftar tunggu pasien Covid-19 berkurang.
Baca juga: GAJI PNS, Anggota TNI/Polri 2021 Bakal Naik? Ini Penjelasan BKN, Ada Rumusan Baru Harga Jabatan
Kasus Covid-19 di Tasikmalaya Meningkat, Ruang Isolasi Penuh
Lebih dari 200 pasien Covid-19 Kota Tasikmalaya melakukan isolasi mandiri di rumah akibat ruang isolasi sudah penuh.
"Untuk sementara mereka melakukan isolasi mandiri dulu sambil kami urus setiap hari," kata Plt Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf, Minggu (13/12).
Menurut Yusuf seluruh tempat isolasi Covif-19, baik rumah sakit maupun tempat darurat seperti Rusunawa Unsil sudah penuh.
"Karenanya yang tidak tertampung terpaksa isolasi mandiri dulu sambil menunggu ketersediaan ruang isolasi baru," ujar Yusuf.
Akumulasi kasus Covid-19 Kota Tasikmalaya kini mencapai 1.276 orang. Sebanyak 809 orang diantaranya masih dirawat dan lebih dari 200 orang isolasi mandiri.
Saat ini pihaknya tengah menyiapkan dua rumah sakit baru milik Dinas Kesehatan Kota yang masih dalam taraf finishing.
"Ada alternatif lain yakni hotel. Tapi masih menunggu persetujuan BNPB," kata Yusuf.
Penyelesaian dua rumah sakit saat ini dipacu untuk memindahkan pasien isolasi mandiri.
Baca juga: Sindiran Menohok Hotman Paris, Sebut-sebut Soal Pihak yang Memfitnahnya, Siapa yang Dimaksud?

2 Pasien Covid-19 Meninggal, Keluarga Hanya Bisa Melihat Pemulasaran Jenazah dari Monitor CCTV
Dua pasien positif Covid-19 yang dirawat di ruang isolasi RSU dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya, meninggal, Sabtu (12/12).
Kedua pasien yang tak bisa bertahan itu, satu berjenis kelamin perempuan meninggal dini hari. Satu lagi meninggal subuh.
Koordinator Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 RSU dr Soekardjo, Ajat Sudrajat, mengungkapkan, hari ini pihaknya mengurus dua jenazah pasien Covid-19.
"Keduanya meninggal dini hari dan subuh. Salah satunya adalah perempuan berusia sekitar 80 tahun," kata Ajat.
Proses pemulasaraan, ujar Ajat, menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Yakni mengenakan APD lengkap termasuk ustad yang mengawasi pemulasaraan dan menjadi imam solat jenazah.
Untuk menghindari paparan, setiap pasien Covid-19 yang meninggal dunia selalu dipulasara di kamar isolasi.
Mulai dari tayamum, mengkafani, menyolatkan hingga memasukkan ke dalam peti mati sudah terbungkus plastik.
"Sehingga pada saat keluar dari ruang isolasi, tinggal diangkut ke ambulans untuk dimakamkan secara protokol kesehatan," kata Ajat.
Diberitakan sebelumnya, anggota komisi V DPRD Jabar, Siti Muntamah mengusulkan agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat segera membangun rumah sakit darurat bagi penanganan pasien Covid-19.
Hal tersebut, berdasarkan perkembangan data terkonfirmasi pasien positif covid-19 kian menghawatirkan setiap harinya di sejumlah kabupaten/kota di Jabar, bahkan jika penanganan ketersediaan ruang isolasi atau tempat tidur pasien Covid-19 terlambat maka menurutnya akan menjadi sangat berbahaya.
"Kepada Dinas Kesehatan Jawa Barat saya usulkan, segera secepatnya untuk membuat rumah sakit darurat, saat ini sedang digodok dan saya minta jangan lama-lama karena peningkatannya (pasien positif covid-19) siginifikan, dan kalau terlambat ini bisa sangat berbahaya," ujarnya, Rabu (2/12/2020) lalu.
Ia pun mencontohkan Kota Bandung saja yang penduduknya kurang lebih 2,4 juta ini sewaktu-waktu bisa terjadi 'ledakan' kasus jika penanganannya lambat.
"Akan membahayakan suatu hari kalau sudah sangat penuh dan Kota Bandung ini yang sempit dengan jumlah penduduknya 2,4 juta jiwa, akan bisa menjadi ledakan kasus, karena banyak yang tidak tertangani," ucapnya.
Baca juga: Remaja 16 Tahun di Purwakarta Jadi Korban Rudapaksa, Pelaku Mengancam Bunuh Korban bila Tak Dituruti

41.04 Persen Pasien Covid-19 yang Dirawat di Kota Bandung Ber-KTP Luar Kota Bandung
Hampir setengah dari kapasitas ruang rawat pasien positif Covid-19 di Kota Bandung diisi oleh warga dari luar Kota Bandung.Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rita Verita mengatakan saat ini semua ruang isolasi yang dimiliki Pemerintah Kota Bandung sudah 93 persen terisi.
"Ruang isolasi 93 persen (terisi). Luar kota Bandung 41,04 persen," ujar Rita, saat dihubungi, Jumat (11/12/2020).
Menurut Rita, daerah tetangga seperti Kabupaten Bandung memiliki keterbatasan jumlah ruang isolasi pasien Covid-19. Sehingga, dirawat di Kota Bandung.
"Karena ketersediaan RS di Luar kota Bandung, Kabupaten tetangga (Kabupaten Bandung) sedikit, jadi tidak mencukupi untuk masyarakat nya," katanya.
Dikatakan Rita, masyarakat Kota Bandung pun ada yang dirawat di luar Kota Bandung seperti di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) di Jalan Kolonel Masturi, Cimahi Utara, Kota Cimahi.
Sebelumnya, ketua harian tim gugus tugas Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan saat ini sudah sekitar 78 kamar tambahan untuk isolasi pasien Covid-19.
Sedangkan untuk penggunaan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 baru sebatas wacana sebagai antisipasi jika terjadi lonjakan kasus.
"Wacana penggunaan GBLA hanya sebuah antisipasi, jangan sampai ketika suatu hari kita membutuhkan, kita tidak punya tempat isolasi,” ujar Ema.