Vaksin Merah Putih Tengah Diuji Klinis Terhadap Hewan, Dikembangkan oleh Enam Institusi
Menristek RI, Bambang Brodjonegoro, mengatakan penelitian Vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19 memasuki tahap pengujian terhadap hewan
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Menteri Riset dan Teknologi RI, Bambang Brodjonegoro, mengatakan penelitian Vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19 memasuki tahap pengujian terhadap hewan.
Vaksin Merah Putih sendiri, katanya, adalah vaksin yang bibitnya diteliti dan dikembangkan di Indonesia, menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia, dan nantinya akan diproduksi oleh perusahaan farmasi Indonesia.
Bambang mengatakan ada enam institusi yang melakukan pengembangan Vaksin Merah Putih, yakni Lembaga Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Airlangga.
Baca juga: Jangan Lengah dan Jadi Klaster Pilkada, Besok Pencoblosan Pilkada Serentak, Ini Saran Epidemiolog
Baca juga: Sejumlah Daerah Status Zona Merah, Kapasitas Rumah Sakit Menipis, Ridwan Kamil : Sudah Lampu Merah
Baca juga: Vaksin Buatan Sinovac Tiba di Bandung, Begini Tanggapan Ketua Harian Komite Penanggulangan Covid-19
Keenam lembaga ini, katanya, mengerjakan vaksin dengan platform yang berbeda-beda, tetapi tujuannya adalah melahirkan vaksin Covid-19 yang mengedepankan keamanan dan keefektifan. Kemudian diharapkan bisa menjadi solusi dari kebutuhan vaksin bagi 270 juta penduduk Indonesia.
"Perkembangannya boleh dikatakan, tiga dari enam tersebut yaitu dari Eijkman, dari Erlangga, dan dari UI, itu progresnya yang paling cepat ya. Saat ini yang tiga itu sudah akan dan sedang melakukan uji hewan ya, uji praklinis pada hewan, dan targetnya triwulan 1 tahun depan ya, sebentar lagi, sudah bisa menyerahkan bibit vaksinnya kepada Biofarma," katanya di Gedung Sate, Selasa (8/12/2020).
Setelah proses itu, Biofarma akan melakukan uji klinis pada manusia dalam tahap 1, 2, dan 3. Kemudian BPOM akan memberikan izin peredarannya.
"Sehingga kalau triwulan 1 kita bisa menyerahkan bibit, harapannya, triwulan 4 itu sudah bisa diproduksi massal dan barangkali sudah bisa mulai dilakukan vaksinasi dengan Vaksin Merah Putih," katanya.
Sebelumnya, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro, mengatakan pemerintah sendiri mengadakan vaksin Covid-19 dengan mengembangkan Vaksin Merah Putih yang dilakukan di antaranya dilakukan Lembaga Biologi dan Molekuler Eijkman, dan kerjasama dengan negara-negara yang sedang mengembangkan vaksin.
Pemerintah dalam pengembangan dan pengadannya pun sesuai pedoman dan saran Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), para ahli serta para ulama dan umara termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dengan begitu, manfaat vaksin sudah dikaji secara mendalam dan tidak perlu diragukan lagi. Ia mengatakan, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin yang juga Ketua Umum MUI telah menyatakan bahwa para ulama terlibat aktif dalam persiapan ini.
"Menurut Wapres demi kemaslahatan bersama, vaksin teraman dan terbaik akan direkomendasikan ulama dan umara untuk melindungi masyarakat," lanjut Reisa.
Lalu BPOM sendiri telah mempersiapkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau emergency use of authorization. Juga BPOM memantau langsung lokasi uji klinis Bio Farma yang ditempatkan di Universitas Padjajaran di Kota Bandung. Bahkan juga melakukan pemantauan langsung fasilitas-fasilitas pengembangan vaksin yang dimiliki negara-negara lain.
Tak hanya itu, Reisa menambahkan bahwa PT Bio Farma yang merupakan produsen vaksin, terpilih menjadi salah satu produsen untuk Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI). Hal itu menyatakan bahwa BUMN tersebut siap memproduksi obat Covid-19 yang teruji di tingkat dunia.
Karenanya tak heran vaksin-vaksin produksi Bio Farma selama ini telah digunakan di lebih dari 100 negara terutama negara muslim. Menurut Reisa, PT Bio Farma juga menjadi center of excellence untuk vaksin dan bio teknologi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI).