Puluhan Pesantren Pemenang Program OPOP Akan Temu Bisnis, Dapat Ratusan Juta Rupiah
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat akan menggelar Temu Bisnis dan Pameran Virtual OPOP 2020
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat akan menggelar Temu Bisnis dan Pameran Virtual OPOP 2020 sekaligus menentukan tiga Pondok Pesantren Juara tingkat Provinsi atau Audisi Tahap III yang akan berlangsung pada 5-8 Desember 2020.
Kegiatan ini bagian untuk menyelenggarakan program One Pesantren One Product (OPOP).
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat, Kusmana Hartadji, mengatakan Temu Bisnis dan Pameran OPOP akan berlangsung secara virtual.
Baca juga: Cegah Covid-19, Wedang Sereh Wangi Buatan Kodim 0617 Majalengka Mampu Tingkatkan Imunitas Tubuh
Peserta pameran adalah 500 pontren yang lolos Audisi Tahap I. Untuk mengikuti acara Temu Bisnis dan Pameran Virtual OPOP 2020, peserta pun harus melakukan registrasi.
"Temu bisnis OPOP mempertemukan antara offtaker, investor, dan mitra usaha pengusaha sukses, untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan produk pontren peserta pameran. Pameran virtual akan diikuti 500 pontren dengan produk makanan, minuman, aksesoris, fashion, craft, produk pertanian dan perkebunan, peternakan dan berbagai produk unggulan pontren lain," katanya melalui ponsel, Kamis (3/12).
Proses penjurian Juara OPOP tingkat provinsi akan berlangsung mulai 5 hingga 8 Desember 2020 bertepatan dengan kegiatan Temu Bisnis Pameran Virtual OPOP. Dari 30 pontren akan dilakukan penilaian untuk diambil 10 finalis.
Selanjutnya 10 finalis ini akan mengikuti penjurian pada 7 Desember 2020 bertempat di Hotel Papandayan.
Baca juga: Kesadaran Menurun yang Berujung Kota Bandung Zona Merah, Oded: Protokol Kesehatan Adalah Keniscayaan
Harapannya pada 8 Desember 2020 akan diperoleh tiga juara tingkat provinsi Program OPOP 2020 untuk mendapatkan bantuan modal atau hadiah masing-masing sebesar Rp 400 juta.
Juri dalam seleksi audisi ini adalah juri yang kompeten dari kalangan akademisi, di antaranya dari SBM ITB, Unpad, Ikopin, UIN.
Juga dari kalangan pengusaha sukses dan dari kalangan pondok pesantren yang bukan hanya maju dalam bidang pendidikan namun juga sukses dalam berbisnis, seperti Al-Ittifaq Ciwidey, Daarut Tauhid Bandung, Nurul Iman Bogor, Khusnul Khotimah Kuningan dan Al-Idrisiyah Tasikmalaya.
"Program OPOP merupakan salah satu program yang diusung pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum pada masa kampanye. Akhirnya program ini diwujudkan dan dilaunching Gubernur Ridwan Kamil November 2018" katanya.
Program ini dirancang untuk mendorong pesantren di Jabar untuk mandiri secara ekonomi. Pesantren di Jabar memiliki potensi besar untuk mandiri secara ekonomi.
Baca juga: Sejak Pandemi Covid-19 Sampah Rumah Tangga di Daerah Ini Meningkat, Sehari 400 Ton
Dari 9.000 pesantren di Jabar, sebagian besar di antara mereka masih memerlukan pendampingan usaha, mulai dari penggalian potensi hingga pemasaran.
Program OPOP mendapatkan penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2020 dan 5 Pemenang Outstanding Achievement of Public Service Innovation 2020 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2020 digelar Kementerian PAN dan RB RI.
Lewat program OPOP, pesantren bukan hanya mengikuti audisi untuk dicari yang terbaik, tapi pesantren juga akan mendapatkan peningkatan wawasan dan pengetahuan dan pendampingan usaha.
Harapannya, pesantren yang mengikuti program ini akan menghasilkan produk-produk yang mampu memiliki nilai tinggi di pasar domestik maupun pasar internasional produk-produk yang dihasilkan akan dicarikan pembelinya oleh Pemprov Jabar atau biasa disebut dengan off taker.
Baca juga: Begini Kondisi dan Penampakan Ustaz Maaher At-Thuwailibi saat Ditangkap Bareskrim Polri di Rumahnya
Dinas KUK juga akan membantu pesantren tersebut untuk membuka pasar bagi produknya. Bahkan, akan membantu membukakan jejaring hingga link and match dengan pesantren lain yang memiliki produk berkaitan.
Untuk bidang usaha OPOP meliputi jasa, fashion, pertanian, makanan dan minuman, kerajinan, peternakan, perdagangan, perikanan, dan lainnya, sesuai minat para calon peserta OPOP.
Lewat program OPOP tercipta efek domino dari program OPOP di daerah yakni meratanya pengembangan ekonomi di daerah.
Hasil survei pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebelum Covid 19 mencapai 6,9% atau melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun hasil survei Bank Indonesia, angka tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok golongan masyarakat tentu atau masyarakat kota.
Untuk itu, perlunya program yang berdampak pada pemerataan ekonomi.
Baca juga: Update Kota Bandung Zona Merah, Terapkan PSBB Proporsional, Pembatasan Lagi di Mall, Resto, dll
"Pesantren biasanya ada di desa-desa. Kalau uang pemerintah ada di desa artinya efeknya bisa dirasakan oleh masyarakat di desa. Program OPOP, uang pemerintah mengalir di daerah. Pemerataan ekonomi dengan OPOP. Untuk itu program ini perlu terus berlanjut agar pesantren bisa berkembang dan menjadi pemberdayaan ekonomi umat," katanya.
Program OPOP tahun 2020 mengalami penurunan dari target tahun 2020 yang awalnya 1.000 pesantren menjadi 500 pesantren akibat Pandemi Covid 19.
Selain itu, program kegiatan yang sebelumnya banyak dilakukan secara tatap muka langsung menjadi dilakukan secara virtual.
Program OPOP tahun 2020 pendaftarannya dilakukan secara online dan diikuti sebanyak 1.058 pesantren.
Dari 1058 pesantren yang mendaftar, yang lolos seleksi administrasi sebanyak 644 pesantren.
Sejak 22 Juli 2020, sebanyak 644 pesantren mulai mengikuti Audisi Tahap I yang dilakukan di 5 wilayah.
Baca juga: KPK Geledah Gedung DPRD Jabar Selama 8 Jam, Pulang Bawa Dokumen Pakai Boks Besar
Sebanyak 500 pesantren lolos dan berhak mendapatkan hadiah atau bantuan usaha serta mengikuti pendampingan, pelatihan, pemagangan, serta audisi tahap II.
"Dari 500 pesantren, yang lolos mengikuti audisi tahap II sebanyak 356 pesantren. Penjurian Audisi tahap II telah selesai pada 25 November 2020. Ada 60 pesantren pemenang yakni kategori scaleup 15 pesantren juara 1, 15 pesantren juara 2, dan 15 pesantren juara 3, serta 15 pesantren kategori scale up," katanya.
Adapun hadiah audisi tahap pertama, juara tingkat kecamatan sebanyak 500 pesantren dengan hadiah startup sebanyak 250 peserta masing-masing Rp 25 juta, scaleup sebanyak 250 peserta masing-masing Rp 35 juta.
Audisi tahap kedua, juara tingkat kabupaten/ kota sebanyak 60 pesantren dengan besaran hadiah, juara 1 sebanyak 15 pesantren masing-masing Rp 200 juta, juara 2 sebanyak 15 pesantren masing-masing Rp 150 juta, juara 3 sebanyak 15 pesantren masing-masing mendapat Rp 100 juta, juara 4 sebanyak 15 pesantren masing-masing mendapat Rp 75 juta.
Audisi tahap ketiga, juara tingkat provinsi sebanyak 5 pesantren dengan hadiah masing-masing Rp 400 juta.