KPK Sita Delapan Sepeda, Edhy Prabowo Tegaskan Tak Ada Kaitannya dengan Kasus Benur yang Menjeratnya

Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat protes dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

Editor: Giri
Tribunnews/Irwan Rismawan
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo mengenakan rompi oranye seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Rabu (25/11/2020). Edhy Prabowo protes karena sepeda yang tak ada kaitannya dengan kasus turut diamankan KPK. 

TRIBUNJABAR.ID - Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat protes dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Dia mengklaim delapan sepeda yang disita KPK dari rumahnya tidak berkaitan dengan kasus suap izin ekspor benih bening lobster yang menjeratnya.

Hal itu disampaikan Edhy usai menjalani pemeriksaan di KPK pada Kamis (3/12/2020).

Edhy diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Direktur PT Dua Putra Perkasa (DPP) Suharjito.

"Saya beli sepeda waktu di Amerika. Sepeda yang di rumah saya, yang disita sama penyidik, tidak ada hubungannya (dengan kasus)," ucap Edhy di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (3/12/2020).

Baca juga: Timnas U-19 Kehilangan 4 Pemain, Satu di Antaranya dari Persib, Shin Tae-yong Datang 11 Desember

Baca juga: Mantan Anggota BPK Ditahan KPK, Rizal Djalil Malah Berpantun di Depan Wartawan

 

Edhy mengaku dicecar tim penyidik KPK soal barang mewah yang dibelinya sewaktu mengunjungi Hawaii, AS. KPK telah menyita semua barang tersebut.

Barang-barang mewah itu di antaranya, sepeda merek Specialized tipe S-Works Roubaix, tas merek LV, tas merek Hermes, baju Old Navy, jam merek Rolex, jam Jacob n Co, tas koper Tumi, dan tas koper LV.

"Saya dikonfrontasi dengan bukti-bukti, itu saya akuin semuanya. Barang-barang yang saya belanjain di Amerika. Baju, apa, semuanya," tutur Edhy.

Tim penyidik KPK mengamankan uang senilai Rp 4 miliar dan 8 unit sepeda yang diduga dibeli menggunakan uang suap perizinan ekspor benih bening lobster atau benur.

Sejumlah barang itu diamankan tim penyidik saat menggeledah rumah dinas mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo di Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Rabu (2/12/2020).

"Rabu (2/12) tim penyidik KPK melakukan penggeledahan di rumah jabatan menteri kelautan dan perikanan di jalan Widya Chandra V Jakarta," kata Plt Juru Bicara Penindakan KPK Ali Fikri lewat pesan singkat, Kamis (3/12/2020).

Selain uang dan sepeda, tim penyidik juga mengamankan sejumlah dokumen terkait perkara serta barang bukti elektronik.

Dalam perkara ini KPK menetapkan total tujuh orang sebagai tersangka.

Enam orang sebagai penerima suap yakni Edhy Prabowo; stafsus Menteri KP, Safri dan Andreau Pribadi Misata; Pengurus PT ACK, Siswadi; staf istri Menteri KP, Ainul Faqih; dan Amiril Mukminin (swasta).

Mereka disangkakan melanggar Pasal 12 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Baca juga: MER-C Akui Tak Laporkan Hasil Tes Swab Rizieq Shihab ke Pemerintah, Ini Alasannya

Sedangkan pihak pemberi suap adalah Direktur PT Dua Putra Perkasa (DPP) Suharjito.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved