Dari 11 EWS Hanya 2 yang Masih Berfungsi, 25 Desa di Pangandaran Berpotensi Terkena Tsunami

Pjs Bupati Pangandaran mengatakan dari 11 EWS tsunami, hanya dua yang berfungsi.

Penulis: Andri M Dani | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Siti Fatimah
Pantai Pangandaran, Jawa Barat. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani

TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Menyusul terjadinya tsunami yang melanda Pangandaran tanggal 17 Juli 2006, di Pantai Pangandaran pernah dipasang 11 alat early warning system (EWS) tsunami.

Alat tersebut akan memberikan peringatan dini bila kemungkinan terjadi bencana tsunami.

Sebelas EWS tersebut dipasang di tempat-tempat strategis di sepanjang 93 km garis Pantai Pangandaran mulai Majingklak sampai Cimerak.

Namun ketika marak predeksi kegempaan dan potensi megathtrust yang dilansir para ahli, terlebih ketika seminggu terakhir terjadi 3 kali gempa beruntun, dari belasan EWS tersebut sebagian besar sudah tidak berfungsi.

Ada yang kondisinya rusak dan karatan.

“Dari 11 EWS , tinggal hanya dua  yang masih berfungsi. Sembilan lainya sudah rusak, sudah karatan karena sering tersiram air,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Jabar yang juga Pjs Bupati Pangandaran, Dr H Dani Ramdan MT kepada Tribun Jabar di Ciamis, Senin (26/10/2020) sore.

Sebanyak 11 EWS yang terpasang di garis pantai selatan Pangandaran sekarang, menurut Dani, merupakan buatan luar negeri, termasuk dari Jerman.

Sehingga potensi lokal sulit memperbaiki bila terjadi kerusakan, terlebih orang desa setempat.

Tahun depan semua EWS tersebut akan diganti dengan buatan dalam negeri.

“Sehingga nanti kalau ada kerusakan bisa diperbaiki oleh teknisi lokal, bahkan oleh warga desa setempat,” katanya.

Dengan rusaknya sebagian besar EWS yang terpasang di garis pantai selatan Kabupaten Pangandaran tersebut, menurut  Dani sebagai solusinya saat ini BPBD Pangandaran bekerja sama dengan para penggiat radio penduduk baik yang tergabung dalam RAPI maupun ORARI.

Bila ada warning potensi tsunami dari BKMG menyusul terjadinya gempa yang diterima BPBD Pangandaran. BPBD secepatnya meneruskan ke penggiat RAPI maupun ORARI yang ada di setiap desa, terutama desa-desa yang berada di daerah pantai.

Sehingga peringatan dini tersebut sampai secepatnya kepada warga untuk segera melakukan penyelamatan diri.

“Solusinya sekarang, BPBD bekerja sama dengan penggiat ORARI dan RAPI untuk melakukan peringatan dini secepat mungkin,” ujar Dani.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved