Penanganan Virus Corona
Cerita Difabel Netra Jalankan Protokol Kesehatan, Jalan Sering Dituntun, Bagaimana Menjaga Jaraknya?
Menjaga jarak bagi difabel netra, itu sesuatu yang menyulitkan. Sebab, difabel netra itu butuh bantuan untuk dituntun. Solusinya pakai sarung tangan.
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
"Cara saya membentengi diri dari virus corona adalah dengan membatasi kativitas di luar rumah. Saya melakukanya dengan cara online," ujarnya.
Meski memiliki penglihatan yang tak sempurna, Erni dan sahabat-sahabatnya tak berdiam diri membiarkan virus yang awalnya datang dari China itu terus memakan korban.
Erni aktif mensosialisasikan 3M.
"Ikut serta mensosialisasikan cuci tangan dan memakai masker, seperti membagikan video 3M. Ini tidak sulit," ujarnya.
Yayasan SDF, sebagai lembaga nirlaba yang peduli dengan difabel netra, totally blind dan low vision, ikut tergerak membantu usaha pemerintah menjaga keselamatan masyarakat.
Sekaligus menyambut Hari Penglihatan Dunia pada awal Oktober lalu, Dian Syarief spontan menciptakan "Tepuk 3M" sekaligus dengan gerakannya.
Dalam sebuah video yang dia bagikan, Dian Syarief bersama dua temannya, berseragam kaus hijau lengan panjang, bawahan putih, serasi dengan kerudung putih, memperagakan "Tepuk 3M" berikut dengan gerakannya.
"Tepuk 3 M, Cuci Tangan, Pakai Masker, Jaga Jarak."
Sangat sederhana, tapi pesannya sangat pas dan mudah dimengerti baik oleh difabel netra maupun masyarakat umum.
Bagi difabel netra, lirik berisi pesan protokol kesehatan itu mudah dimengerti.
Sedangkan bagi mayarakat berpenglihatan normal, tepukan dan gerakan simbol cuci tangan, memakai masker, dan jaga jarak menjadi menarik untuk dipratikkan, sekaligus membagikan pesan 3M.
"Ini spontan saja saya membuat Tepuk 3M. Selain kampanye protokol kesehatan, kami juga membagikan masker nonmedis kepada sahabat difabel netra dan autoimuners di berbagai komunitas," ujar Dian Syarief.
Usaha yang dilakukan SDF dan sahabat difabel netra sejalan dengan pesan yang disampiakan Letnan Jenderal TNI Doni Monardo.
Baca juga: Kabar soal Harga Vaksin Covid-19 di Indonesia 1000% Lebih Mahal daripada di Brazil, adalah Hoax
Dalam webiner bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Nadiem Makarim, dia mengatakan pentingnya sosialisasi perubahan perilaku untuk menjalankan protokol kesehatan.
"September lalu, BPS meemukan 17 persen warga Indonesia merasa tidak mungkin terpapar Covid-19, ini angka tinggi sekalai. Kalau kita tidak sosialisasikan perubahan perilaku, makin banyak yang tidak patuh protokol kesehatan, dan bisa makin banyak yang terpapar Covid-19. Ini fatal. Maka, edukasi perubahan perilaku ini tanggungjawab kita semua," ujarnya.
Sebagai informasi, di Indonesia sudah lebih dari 360 ribu orang terpapar Covid-19.
Mereka yang meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 jumlahnya mencapai 12 ribu orang lebih.
Maka untuk memutus mata rantai penularan virus corona, usaha paling mudah untuk dilakukan adalah patuh protokol kesehata, terutama 3M. (Tribunjabar.id/Kisdiantoro)