Dibutuhkan untuk Kendaraan Listrik, Kemenperin Dorong Kenaikan TKDN Baterai Lithium

Kemenperin melalui B4T juga terus berupaya mendorong optimalisasi TKDN di teknologi penyimpan anergi melalui substitusi impor bahan aktif katoda.

Penulis: Siti Fatimah | Editor: Siti Fatimah
ISTIMEWA

TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Balal Besar Bahan dan Banng Telmik (MT) terus berupaya mendorong optimalisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Optimalisasi penggunaan TKDN juga sebagai upaya memberdayakan industri dalam negeri.

Kemenperin juga fokus mendorong pengoptimalan TKDN dalam setiap proses produksi manufaktur di Indonesia serta proyek pemerintah yang sejalan dengan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan,  beberapa sektor manufaktur di tanah air yang telah mengoptimalkan TKDN cukup  signifikan dan mampu mendukung pembangunan nasional, antara lain industri penunjang migas, industri ketenagalistrikan, industri alat mesin pertanian, dan industri alat kesehatan.

Baca juga: Ridwan Kamil Siap-siap Sosialisasikan UU Cipta Kerja yang Didemo Banyak Buruh, Ini Tanggapan Buruh

"Kami mendorong terus optimalisasi TKDN karena semakin tinggi capaian TKDN akan semakin banyak komponen dalam negeri yang digunakan, oleh sebab itu perlu ditargetkan peningkatan capaian TKDN pada setiap sektor industri,” kata Achmad saat berkunjung ke Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung dalam rangka Persiapan Fasilitas/Infrastruktur pendukung kendaraan listrik, Jumat (16/10/20200.

Saat ini Kemenperin melalui B4T juga terus berupaya mendorong optimalisasi TKDN di teknologi penyimpan anergi melalui substitusi impor bahan aktif katoda.

"Karena  baterai merupakan komponen kunci untuk kendaraan listrik dan berkontribusi sekitar 25-40% dari harga kendaraan listrik, dan komponen utama baterai adalah katoda, anoda, elektrolit dan separator. Katoda sendiri, memberikan kontribusl paling tlnggi terhadap harga sel baterai lithium yakni sekitar 34%.” kata Kepala B4T Enuh Rosdeni.

Menurut Enuh,  selain menggunakan produk industri smelter dalam negerl untuk memperoleh bahan Nickei Mangan Cobalt (NMC), upaya B4T untuk mendorong peningkatan TKDN dilakukan melalul penguatan Infrastruktur pendukung melalui pengadaan alat.

Baca juga: Jadi Pasien Covid-19 Termuda di Indramayu, Bayi 5 Bulan Tetap Dapat ASI dari Ibunya

Peralatan tersebut terdiri atas X~Ray Diffractometer (XRD), Electrochemical Impédance Spectroscopy (EIS) dan Jaw crusher. XRD dlgunakan umuk karakterisasl mineral baik untuk analisa kualitatif mapupun kuantitatif.

EIS dipakal untuk melihat unjuk kinerja bateral, sedangkan Jaw Crusher untuk menghaluskan mineral dari produk smeltersebelum diproses menjadi bahan aktif katoda.

Selaln ltu juga, B4T  telah memiliKI  alat AAS (atomic absorption Spectroscopy) yang dapat digunakan untuk menentukan komposlsl unsur, dan sangat dibutuhkan pada saat proses sintesa bahan aktif maupun proses yang lain.

Peralatan  tersebut, selain duunakan untuk kebutuhan Intenal, dapat digunakan oleh ekstemal B4T sebagai bentuk layanan Kemenperin untuK menunjang Industri nasional dalam penguatan teknologi penylmpan energi berbasls lithium.

Terkait hal tersebut, Achmad Sigit mengatakan bahwa upaya B4T dalam meningkatkan infrastruktur pembuatan bahan aktif katoda merupakan langkah yang tepat.

Hal lnl sejalan dengan lnisiatif Kemenperln mendorong agar material tersebut dapat diproses di dalam negerl untuk mendapatkan harga yang Iebih ekonomls, mengingat Indonesia memilikl sumber daya alam yang berlimpah yang dapat diolah menjadl bahan aktlf tersebut.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved