Lezatnya Berbagai Menu Rameninpo, Kedai Ramen di Dalam Pasar Kosambi Kota Bandung
Menu kuliner ramen sempat booming dan digandrungi pada 2012. Berbagai restoran ramen pun hadir di Bandung
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUN JABAR.ID, BANDUNG - Menu kuliner ramen sempat booming dan digandrungi pada 2012. Berbagai restoran ramen pun hadir di Bandung dengan varian rasa pedas berdasarkan level yang berbeda.
Bosan dengan rasa ramen yang kuahnya original dan menggunakan potongan cabai, kini Rameninpo hadir memanjakan pencinta kuliner di Bandung.
Berada di kawasan The Hallway Space, Pasar Kosambi, hadirnya Rameninpo justru menghadirkan sebuah warna baru.
Bagaimana tidak, jika biasanya restoran ramen ditemukan di tengah kota, kini ramen ditemukan di dalam pasar.
Memiliki konsep kedai mini ala Jepang, dekorasi kedai ramen berwarna merah dengan aksara Jepang terlihat begitu menarik perhatian.
Di bagian barnya hanya tersedia beberapa tempat duduk, dimana pelanggan bisa langsung makan di bagian bar.
• Kompetisi Tidak Pasti, Pelatih Persib Bandung Mengaku Sulit Bikin Program Latihan
Namun jika Anda datang bersama teman-teman, Anda bisa memilih tempat duduk yang lebih luas di area Rameninpo.
Melihat harga dari Rameninpo, untuk pertama kali, tentu akan membuat Anda terkejut, terutama untuk harganya yang cukup murah untuk ukuran ramen yaitu tidak lebih dari Rp 30.000.
Di dalam menunya pun terdapat 3 pilihan rasa kuah yang berbeda, adalah Paitan, Niku, dan Tomyum.
Founder Rameninpo, Galih Rahmadika pun menjelaskan rasa dari setiap kuah yang dihidangkan di Rameninpo.
"Paitan ini adalah kuah signature original ayam yang terbuat dari kolagen ayam yaitu ceker dan sayap ayam dan dimasak selama 8 jam," ujar Galih, Jumat (9/10/2020).
Ketika di cicipi kuah paitan yang berwarna putih ini begitu terasa rasa kaldu ayamnya. Rasanya gurih dan kuahnya pun kental, cocok dinikmati tanpa sambal di dalamnya.
"Kalau kuah niku aslinya agak hanyir karena dibuat dari kuah kaldu ikan makarel. Tapi kita pakai ikan cakalang yang diasap, disebut katsuobushi," ujar Galih.
Sementara itu untuk membuat kuah niku, Galih mencampur kuah niku dan soyu yang kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia yang rasanya menjadi manis dan gurih.