INI PENYEBABNYA, Terjadi Peningkatan Kunjungan Pasien Gangguan Cemas di RSJ di Masa Pandemi Covid-19
Sebanyak 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Dari angka tersebut, 85,3 persennya belum pernah memiliki riwayat gangguan.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Sebanyak 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Dari angka tersebut, 85,3 persennya belum pernah memiliki riwayat gangguan psikiatr.
Dari data itu pula, hampir 8 persen berasal dari Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan, survei Puslitbangkes Kemenkes 2020 relevan dengan peningkatan jumlah pasien yang mengalami gangguan cemas ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jabar.
"Tekanan psikologis juga sangat berat, tingginya angka kematian oleh Covid-19, informasi ketidakjelasan kapan situasi pandemi akan berakhir, belum hadirnya vaksin, isu isolasi sosial, stigma, kehilangan pekerjaan, perubahan cara belajar-mengajar, dan tingginya kekerasan rumah tangga sebagai dampak terjadinya perceraian itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita sepelekan," kata Emil melalui webinar bertajuk "Menjaga Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi", Rabu (7/10/2020).
Selain itu, beredarnya informasi palsu dan berita bohong kian menciptakan ketakutan serta meningkatkan kekhawatiran secara berlebihan.
Karena itu, kedewasaan dalam pemanfaatan media sosial harus terus dikampanyekan.
Pandemi juga, katanya, turut menyasar aktivitas pendidikan anak dan remaja.
Berbagai kendala dirasakan para orang tua dan siswa ketika menjalani pembelajaran daring.
"Juga pada anak-anak ada sistem yang mengharuskan menjalani pendidikan di rumah atau jarak jauh. Ini juga membuat stres kepada anak dan orang tua, apalagi keterbatasan internet dan lainnya. Sungguh sangat memprihatinkan," tuturnya.
Pemrov Jabar, kata Emil, sudah menyiapkan crisis center di RSJ Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Cisarua Kabupaten Bandung Barat dan Grha Atma di Kota Bandung sebagai respons cepat kegawatdaruratan jiwa seperti potensi bunuh diri.
Selain itu, RSJ Provinsi Jawa Barat juga meluncurkan program Konsultasi Jiwa Online (KJOL, dibaca kajol), sebagai jawaban atas meningkatnya permasalahan kejiwaan di masa pandemi.
"Yang terbaru, lahirnya layanan konsultasi jiwa online atau KJOL RSJ Jabar yang sekarang lagi meningkat. Keberadaannya ini adalah respons terhadap meningkatnya permasalahan kejiwaan di masa pandemi. KJOL ini jadi solusi memudahkan petugas untuk screening mana yang cukup via telepon atau datang secara fisik. Keren sekali saya apresiasi," katanya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti, menuturkan selama pandemi ada peningkatan jumlah pasien gangguan cemas di RSJ Jabar.
Direktur Utama RSJ Jabar, Elly Marliyani, mengatakan, ada peningkatan durasi penggunaan gawai selama pandemi.
Dia menjelaskan, berdasarkan penelitian RSCM FK UI di bulan April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 jam per hari dan peningkatan kecanduan internet pada remaja sebesar 19,3 persen.
Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan stres bagi orang tua maupun anak.
• Gerbang Roboh, Kaca Pos Jaga Pecah, dan Ada Vandalisme, Demo Tolak UU Cipta Kerja di Tasik Ricuh
"Terbukti sejak pandemi, terjadi peningkatan kunjungan pasien gangguan cemas di RSJ sampai dengan September 2020 sebanyak 14 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2019," ujar Elly
Program KJOL, katanya, diciptakan agar masyarakat bisa melakukan konsultasi langsung tatap muka secara virtual dengan psikiater atau psikolog.
• Fadli Zon Minta Maaf sebagai Anggota DPR Tak Bisa Cegah Disahkannya UU Cipta Karya, Beralasan Ini
Atau bisa screening terlebih dahulu melalui website seperti tes kuisioner SDS, kuisioner SCL, kesehatan jiwa, kecanduan gadget, dan deteksi dini bunuh diri.
"Sehingga diharapkan masyarakat paham pentingnya Kesehatan Jiwa, sadar sejak dini kesehatan jiwa adalah investasi," tutur Elly. (*)