Kisah Kehebatan Panglima Besar TNI Pertama, Jenderal Soedirman, Tetap Bergerilya Meski Sakit Keras

Lewat Surat Keputusan (SK) 10 Desember 1964, Pemerintah Indonesia menjadikan Jenderal Soedirman sebagai Pahlawan Nasional.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
Intisari
Jenderal Soedirman, Sang Guru yang jadi Panglima Besar: jenderal yang tak sudi dilecehkan 

Di Yogyakarta atau pusat pemerintahan, Belanda menyerang Pangkalan Udara Maguwo dan menyerang lewat darat.

Hingga akhirnya, pada 19 Desember 1948, pasukan Belanda menguasai Yogyakarta.

Selama bergerilya, Jenderal Soedirman harus ditandu.

Namun, karena kondisi sakitnya yang parah, Soedriman tak bisa memimpin pasukan secara langsung saat berperang.

Dari tandu, Jenderal Soedirman memimpin lewat motivasi dan pemikiran bagi pasukannya.

Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman (Istimewa)

Dia berpindah-pindah tempat, keluar dan masuk hutan.

Karena menerapkan strategi gerilya, Soedirman dan pasukannya bergerak secara sembunyi-sembunyi, menyusup, menghilang, dan menyerang secara tiba-tiba.

Para pejuang juga menyerang ke pos-pos yang dijaga Belanda atau saat konvoi.

Taktik gerilya tersebut pada akhirnya membuat Belanda bingung dan kewalahan.

Bahkan, pasukan Belanda sempat terpaksa harus mundur akibat penyerangan tiba-tiba.

HUT ke-75 TNI 5 Oktober, Ini Foto-foto Kehebatan Tentara Nasional Indonesia, Sinergi untuk Negeri

Tujuh bulan lamanya Jenderal Soedirman bergerilya.

Setelah itu, dia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta.

Namun, dalam perjalanannya kembali, rombangan Jenderal Soedirman diadang oleh Belanda di Pacitan.

Terpaksa, rombongan Jenderal Soedirman mengalihkan rute perjalanannya melewati daerah Sobo Nawangan.

Di sana, rombongan tersebut tinggal selama 107 hari sambil menyusun strategi untuk menghadapi pasukan Belanda.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved