Seputar Misteri G30S

Jerman Ternyata Terlibat dalam Pembunuhan Massal Kaum Komunis Indonesia Pasca 30 September 1965

kudeta militer di Indonesia tahun 1965-1966 adalah yang paling berdarah dalam catatan sejarah era Perang Dingin

Editor: Adityas Annas Azhari
wikipedia
KARTUN HARIAN RAKJAT - Kartun di surat kabar Harian Rakjat milik PKI yang menggambarkan gerakan 30 Setember 1965. Kartun ini terbit pada halaman satu edisi 2 Oktober 1965. 

Suasana global saat itu memang menuntut Jerman Barat berada di garis depan operasi menghadang penyebaran komunisme.

Juga setelah terjadi aksi pembunuhan massal di berbagai tempat, intelijen Jerman menerima laporan-laporan perkembangan situasi aktual.

Sutradara Asing Pembuat Film Dokumenter Tentang G30S Meninggal di Turki

Penelusuran terbaru dilakukan oleh jurnalis portal berita T-Online, Jonas Mueller-Töwe bersama dua rekannya, yang menyisir dokumen-dokumen rahasia BND dan merilis hasil penelitian mereka pada 13 Juli 2020.

Mereka misalnya mengungkapkan sebuah laporan internal BND tertanggal 3 November 1965 berjudul "Föhrenwald", yang menggambarkan terjadinya "pembantaian besar-besaran terhadap komunis".

Lima hari kemudian, 8 November 1965, dokumen lain menulis tentang "permohonan mendesak" dari para jenderal militer di Jakarta agar dikirimkan dana dari Jerman, karena mereka "tidak bisa mengambil dana dari kas negara" di Indonesia.

Para jenderal ketika itu meminta dana sekitar 1,2 juta deutsche mark untuk keperluan "aksi pembersihan anti komunis". Tidak jelas, apakah uang itu akhirnya dikirimkan, karena masih ada beberapa dokumen BND yang tetap ditutup.

Dokumen-dokumen BND juga mengungkapkan hubungan dekat dinas intelijen Jerman Barat BND dengan jajaran TNI Angkatan Darat, jauh sebelum peristiwa G30S.

Tahun 1962 dan 1963, perwira-perwira intelijen Indonesia mendapat pelatihan di Jerman. Hubungan baik itu juga terdokumentasi dalam berkas-berkas BND. Kedekatan BND dengan Angkatan Darat kemudian memungkinkan "kerja sama intelijen" kedua negara, berupa "uang, peralatan, penasehat", tulis pejabat intelijen Jerman Gerhard Wessel, yang kemudian diangkat menjadi Direktur BND.

Bantuan ekonomi dari Jerman setelah pembantaian massal

Wakil Menteri Luar Negeri Jerman tahun 1965, Karl Carstens, disebut-sebut sebagai salah satu pejabat tinggi yang mendukung bantuan BND untuk Indonesia dan hubungan Jerman dengan para jenderal Angkatan Darat.

Karl Carstens di kemudian hari menjadi Presiden Jerman periode 1979-1984.

Kisah Putra DN Aidit, Ditinggal Ayahnya Saat Malam G30S, Berhari-hari di Pengasingan Menanti Kabar

Pada 25 November 1965, Karl Carstens menerima kunjungan Brigjen Ahmad Sukendro, salah satu tokoh penting kepercayaan Jendral A.H. Nasution, yang memainkan peran kunci dalam penggulingan Soekarno dan pembantaian antikomunis, walaupun kemudian dia juga dipenjarakan oleh Suharto akhir 1970-an.

Menjelang kedatangan Sukendro ke Bonn, yang saat itu menjadi ibu kota Jerman Barat, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta mengirim kabar ke Bonn tentang rencana kunjungan itu, dan menyebut Sukendro sebagai "salah satu jendral antikomunis yang paling mampu dan paling energik".

Dubes Jerman di Jakarta menulis, Sukendro sendiri mengatakan kepadanya bahwa "sudah sejak beberapa bulan" Angkatan Darat hanya menunggu alasan "untuk menumpas PKI".

Di Jerman, Brigjen Ahmed Sukendro kemudian bertemu Menlu Jermas Gerhard Schröder untuk membahas bantuan ekonomi, suatu pertemuan langka di panggung diplomasi, di mana seorang perwira militer diterima langsung oleh seorang Menteri Luar Negeri.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved